Puluhan ribu bonek mania berhenti bernyanyi di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya selama semenit untuk mengenang legenda Persebaya, Eri Irianto yang meninggal dunia saat bertanding 19 tahun silam.
Prosesi mengheningkan cipta dari bonek dilakukan pada menit ke-19 di pertandingan babak semifinal putaran pertama Piala Presiden 2019 antara Persebaya melawan Madura United, Rabu sore.
“Terima kasih dulur-dulur (saudara-saudara) bonek dan bonita. Mari doakan agar mendiang Eri Irianto tenang dan mendapat surga-Nya,” ujar panitia pelaksana pertandingan, Adji, melalui pengeras suara di stadion.
Saat pertandingan memasuki menit ke-18, seluruh koordinator bonek di masing-masing tribun memberi aba-aba untuk berhenti sejenak.
Suasana stadion berkapasitas 50 ribu itu hening dan tak ada suara nyanyian, yel-yel atau tabuhan drum, hanya terdengar suara-suara pemain di lapangan yang terus bermain.
Bahkan, di tribun timur dilakukan koreo mengangkat kertas hijau putih beserta spanduk kain bergambar Eri Irianto.
Eri meninggal di usia 26 tahun ketika membela Persebaya melawan PSIM Yogyakarta dalam laga lanjutan Liga Indonesia di Stadion Gelora 10 November Surabaya pada 3 April 2000.
Pemain yang selama karirnya mengenakan kostum bernomor punggung 19 tersebut mengembuskan napas terakhir karena gagal jantung.
Sebagai penghormatan, manajemen Persebaya mengabadikan namanya menjadi Wisma Eri Erianto dan mengabadikan nomor 19 yang dikenakan almarhum, sekaligus memajangnya di lemari kaca.
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2019