Seperti dilansir dari Medical Daily, Kamis, para peneliti yang dipimpin Maria Veronica Mericq, M.D menggunakan data dari Studi Pertumbuhan dan Obesitas Instituto de Nutricion y Tecnología de Los Alimentos.
Tim peneliti memeriksa 527 anak laki-laki di Chili lalu mengukur Indeks Massa Tubuh (BMI), lingkar pingggang, tinggi badan dan tanda-tanda pubertas mereka. Pengukuran itu untuk menentukan tingkat obesitas dan efeknya pada para partisipan pada masa remaja awal mereka.
Hasilnya, sembilan persen anak laki-laki yang dinilai obesitas mengalami pubertas pada usia sembilan tahun.
Sebanyak 22 persen anak laki-laki gemuk berusia enam hingga tujuh tahun berisiko lebih tinggi mengalami pubertas. Selanjutnya, 28 persen dari mereka yang berusia 11 tahun sudah mengalami permulaan masa remaja. Tapi, angka tersebut turun menjadi 11,8 persen ketika mereka mencapai 17 tahun, menurut laporan Medical Xpress.
Baca juga: Pakar: obesitas bisa memicu penyakit diabetes
Temuan studi memperlihatkan 45 anak laki-laki mengalami pubertas sebelum waktunya. Genetics Home Reference di Amerika Serikat menyebut kondisi itu menyebabkan seseorang mengalami perkembangan seksual dini.
Temuan studi juga memperlihatkan prevalensi total obesitas meningkat ketika anak laki-laki bertambah usia.
Mericq dan tim juga menunjukkan obesitas di kalangan anak laki-laki bisa meningkatkan risiko terkena kanker testis begitu mereka mencapai usia dewasa.
Mereka menyatakan pengendalian obesitas pada masa anak-anak mencegah kerentanan mereka terhadap kondisi kesehatan yang parah.
Baca juga: Amankan operasi bariatrik untuk atasi obesitas?
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2019