"Bila dari sekarang kita tidak mengurangi penggunaan sampah plastik, tahun 2030 diprediksi di laut akan lebih banyak sampah plastik daripada ikan. Maka dari itu saya minta semua warga terlibat pengurangan limbah plastik dan jangan buang sampah di laut," kata Susi saat meninjau penanganan sampah berbasis masyarakat di Desa Tembokrejo, kawasan Pelabuhan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis.
Ia menginginkan kapasitas tempat pengolahan sampah sementara (TPST) di Desa Tembokrejo, Kabupaten Banyuwangi, bisa ditingkatkan dengan melatih cara pemilahan sampah, dimulai dari rumah tangga, agar semakin banyak tenaga yang bisa terlibat.
"Kalau kapasitasnya semakin besar nanti bisa jadi industri, namun yang paling penting warga terus diedukasi untuk terus menjaga lingkungannya agar selalu bersih dan terhindar dari penyakit," katanya.
Ia menyampaikan, sangat mengapresiasi pengelolaan sampah di daerah Pesisir Muncar karena dalam mengelola sampah melibatkan ribuan warga desa setempat.
Menurut Susi, sebelumnya ia beberapa kali kunjungan kerja ke Banyuwangi selalu menghindar untuk datang ke kawasan Pelabuhan Muncar, karena khawatir bau dan kumuh.
"Tidak mau datang ke sini karena apa? karena saya takut kalau di sini bau dan kumuh, akan tetapi Pak Bupati memaksa saya untuk kemari, akhirnya saya mau, dan ternyata TPI-nya bersih dan tidak bau seperti yang dulu saya bayangkan, sudah banyak perubahan," ujarnya.
Di kawasan pelabuhan tersebut, Menteri Kelautan dan Perikanan mengunjungi tempat pengelolaan sampah sementara yang dikelola oleh warga dengan pendampingan Pemkab Banyuwangi dan organisasi non-pemerintah (NGO) dunia yang didanai Norwegia dan institusi bisnis Borealis dari Austria, Systemiq.
"Ini upaya yang sangat baik dari pemerintah daerah. Saya berharap penanganan sampah ini bisa menjadi contoh bagi desa-desa lainnya," tuturnya.
Sebelum ke TPST Muncar, Susi berdialog dengan ratusan nelayan di Pelabuhan Muncar, dan dalam dialog itu dia meminta nelayan peduli pada penanganan sampah plastik yang menjadi polusi bagi laut.
Para nelayan juga bertanya masalah perikanan kepada Susi, mulai perizinan kapal tangkap, rumpon laut, hingga berkurangnya ikan di perairan Muncar.
"Nelayan harus jaga keberadaan ikan dengan mengatur pola tangkap, karena dengan pola yang benar, ketersediaan ikan di laut terus terjaga, termasuk Muncar juga perlu," ujarnya.
Ia menambahkan, berkat kebijakan pola tangkap ikan yang benar di sejumlah perairan di Indonesia, kini mulai membuahkan hasil.
"Indonesia kini menjadi nomor satu produsen ikan tuna di dunia, neraca perdagangan perikanan Indonesia nomor satu di ASEAN," kata Susi.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, kawasan Pelabuhan Muncar memang menjadi salah satu daerah yang mendapatkan perhatian khusus, dan salah satunya lewat kerja sama antara Pemkab Banyuwangi dan Systemiq.
"Alhamdulillah, meski masih melibatkan 3.214 KK, namun sudah mulai tumbuh budaya di kalangan masyarakat untuk mengurangi serta mengolah sampah di kawasan Muncar, targetnya ada ada 22.000 KK ikut program ini pada akhir 2019," katanya.
Dalam kunjungan kerjanya ke Banyuwangi, Menteri Kelautan juga melihat bagaimana sistem pengolahan TPST tersebut dijalankan, mulai pemilahan sampah yang diangkut petugas dari rumah warga, hingga pengolahan sampah organik yang dimanfaatkan untuk kompos dan budi daya larva lalat "black soldier fly" untuk mengurai sampah organik dan dapat dimanfaatkan untuk bahan pakan ternak.
Baca juga: Menko Kemaritiman ajak nelayan Banyuwangi jaga kebersihan laut
Baca juga: Perangi sampah plastik, AS hibahkan Rp18 miliar ke CSO
Baca juga: Indonesia perlu antisipasi kebanjiran impor sampah plastik
Pewarta: Masuki M. Astro/Novi Husdinarianto
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019