Rose yang baru-baru ini menjadi korban aksi rasis saat tim Inggris melawan tuan rumah Montenegro 29 Maret lalu, merasa sanksi yang diterapkan dalam kasus rasis selama ini tidak cukup, apalagi hanya berupa denda dengan jumlah kecil.
"Menyedihkan, ketika negara hanya disanksi dengan jumlah yang setara dengan belanja semalam di luar London, apa yang bisa kita harapkan?," kata Rose seperti dikutip Reuters dari The Guardian, Kamis (Jumat WIB)
Rose mengaku bahwa ia telah memperkirakan bahwa dirinya dan rekannya Raheem Sterling dan Callum Hudson-Odol bakal menjadi sasaran aksi rasis pada pertandingan melawan Montenegro di Podgorica itu.
"Delapan tahun lalu saat saya bertanding di Serbia terjadi penghinaan itu. Jadi saya sempat berpikir mungkin itu bakal terjadi lagi, dan ternyata benar," ujarnya.
Rose juga menyatakan bahwa ia tidak sabar untuk meninggalkan sepak bola karena frustrasi dengan terus terulangnya kasus rasis, sementara penanganannya tidak juga efektif.
"Pada saat itu (saat pertandingan di Montenegro) saya berpikir bahwa saya mungkin punya lima atau enam tahun lagi di sepak bola, dan saya tidak sabar menunggu itu," kata pemain Tottenham Hotspur berusia 28 tahun itu.
"Saya melihat langsung di babak pertama dan saya tahu saat yang pasti terjadinya (aksi rasis) di babak pertama. Tapi itu tidak mempengaruhi permainan saya. Saya bukan anak kecil lagi sekarang, dan saya tahu bahwa tiga poin (kemenangan) bukan yang terpenting saat kita dalam situasi seperti itu. Namun saya hanya ingin tim kami meraih kemenangan dan kami bisa terus melangkah serta meninggalkan Montenegro sesegera mungkin," katanya.
Inggris kini memimpin klasemen grup A babak kualifikasi Piala Eropa 2020 setelah kemenangan 5-1 atas Montenegro dan 5-0 atas Republik Ceko.
Baca juga: Suporternya rasis, Montenegro siap menghukum
Pewarta: Teguh Handoko
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019