Surat kabar Myawadi yang dikelola militer mengatakan warga desa itu "ada bersama para teroris pada saat tentara menumpas kegiatan tentara teroris Arakan" pada Rabu di kota Buthidaung.
Negwra Bagian Rakhine menarik perhatian dunia pada 2017 ketika tentara Myanmar menggiring 730.000 warga etnis Rohingya menyeberangi perbatasan ke negara tetangga Bangladesh, setelah pemberontak Rohingya menyerang pos-pos polisi.
Perserikatan Bangsa-bangsa menuduh tentara "berniat membersihkan etnis" dalam menindak kelompok minoritas Muslim.
Lebih baru lagi, pihak militer memerangi kelompok bersenjata yang lain, Tentara Arakan, yang kebanyakan anggotanya berasal dari Rakhine.
Orang-orang tersebut sedang mengumpulkan bambu di air terjun Sai Din ketika helikopter tentara memberi serangan, tiga penduduk dan anggota parlemen daerah mengatakan kepada Reuters, Kamis.
" Mereka semua adalah pengumpul bambu," kata Soe Tun Oo, rekan sesama buruh.
Juru bicara Tentara Arakan, Khin Thu Kha, membantah bahwa orang-orang yang meninggal dan cedera itu adalah anggota kelompok bersenjata, dan menyebut bahwa tentara menyerang tanpa pandang bulu.
"Mereka mengebom ke mana-mana, mereka meyakini bahwa anggota Tentara Arakan ada di hutan," dia menambahkan.
Sepuluh orang menjalani perawatan di rumah sakit pemerintah Buthidaung, kata petugas rumah sakit Kyaw Min Tun, Jumat.
Dalam suatu pernyataan, militer mengatakan sembilan orang yang cedera telah dibawa ke rumah sakit yang dikelola tentara untuk menjalani perawatan.
Namun seorang juru bicara militer, Tun Tun Nyi, menolak memberikan komentar mengenai ketidakcocokan jumlah korban.
Di Jenewa, seorang juru bicara pada Komisioner Tinggi PBB untuk HAM mengatakan sangat "terganggu" dengan kekerasan yang meningkat di Rakhine dan mengecam "apa yang terlihat sebagai serangan tanpa pandang bulu langsung pada warga sipil".
Jubir tersebut, Ravina Shamdasani, mengatakan, ada "laporan terpercaya mengenai pembunuhan terhadap warga sipil, pembakaran rumah-rumah, penculikan dan penembakan membabi-buta ke arah warga sipil dan merusak properti budaya."
Dia mengutip sumber-sumber yang mengatakan sedikitnya sembilan orang terbunuh pada Rabu dan bahwa serangan tersebut dilancarkan di wilayah ribuan orang Rohingya tinggal setelah melarikan diri dalam pertempuran sebelumnya.
Lebih dari 20.000 orang tercerai berai oleh kekerasan di lima kota di Negara Bagian Rakhine, katanya. Ia mendesak pihak berwenang untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan pada mereka yang terdampak.
Kedutaan Besar Amerika Serikat di Myanmar pekan ini mengatakan "sangat mengkhawatirkan keselamatan warga sipil dalam konflik di negara bagian Rakhine dan Chin antara Tentara Arakan dan militer Myanmar."
"Kami menyeru semua pihak untuk memperbarui usaha-usaha mengakhiri pertempuran dan mencari penyelesaian damai.
Sumber: Reuters
Baca juga: ASEAN ingin ciptakan "zona aman" buat Rohingya
Baca juga: Menteri: Bangladesh akan pindahkan pengungsi ke pulau pada April
Pewarta: Maria Dian A
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019