• Beranda
  • Berita
  • Jauhi karbohidrat olahan agar anak tidak obesitas

Jauhi karbohidrat olahan agar anak tidak obesitas

6 April 2019 20:14 WIB
Jauhi karbohidrat olahan agar anak tidak obesitas
Menkes Kunjungi Anak Obesitas Palembang Menteri Kesehatan RI dr Nila F Moeloek (tengah) berbincang dengan pasien obesitas Rizki (kanan) di bangsal anak Rumah Sakit Moehamad Hoesin Palembang, Sumsel, Jumat (5/8/2016). Rizki Rahmat Ramadan anak obesitas berusia 11 tahun yang sempat mengalami masa kritis akibat sulit bernafas saat ini menjalani terapi penurunan berat badan yang semula mencapai hampir 120 kg saat ini menunjukkan penurunan yang baik. (ANTARA/ Feny Selly)
Obesitas pada anak dapat dihindari salah satunya dengan mengurangi konsumsi karbohidrat olahan, demikian saran dokter spesialis anak dari RSCM, dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K).

"Terapi obesitas pada usia remaja punya tingkat keberhasilan 10-20 persen saja. Kalau enggak mau keto (diet rendah karbohidrat), kurangi konsumsi karbohidrat olahan. Jajanan yang ada di mini market, jika langsung dimakan, akan langsung meningkatkan kadar gula. Indeks glikemik akan langsung tinggi," ujar Piprim di Jakarta, Sabtu.

Piprim mengatakan karbohidrat olahan seperti yang banyak ditemui di toko ritel justru memicu craving atau ingin mengosumsi suatu terus menerus dan tidak mengenyangkan.

"Berbeda dengan makanan alami yang langsung diciptakan Allah, misalnya telur, daging, ikan dan bahan pangan lain berikut lemaknya itu mengenyangkan," katanya.

Ketika seseorang mengonsumsi karbohidrat olahan pabrik, lanjut Piprim, orang itu mampu menghabiskan makanan itu dalam jumlah banyak seorang diri.

Baca juga: Kacang bagus untuk penderita diabetes

"Itu namanya sugar craving. Siklusnya, insulin naik dulu, sedangkan gulanya turun. Begitu gula turun, dia lapar lagi dan mengambil (makanan) lagi," ujar Piprim.

Para ahli kesehatan menyarankan semua orang mengonsumsi sayuran dan buah meskipun tidak semua buah aman dikonsumsi bagi penderita diabetes, salah satunya pisang.

Piprim mengatakan kadar gula dalam pisang tinggi sehingga justru berbahaya dikonsumsi berlebihan, apalagi jika Anda penderita diabetes.

Satu potong pisang besar bisa mengandung 17 gram atau 4,25 sendok teh gula. Sementara, satu cangkir buah anggur mengandung 15 gram atau 3,75 gram sendok teh gula.

"Buah mesti dicari yang nutrisi tinggi tapi enggak langsung diubah oleh tubuh menjadi gula. Misalnya alpukat, stroberi, atau buah lain keluarga berry, bengkuang, timun dan buah berserat tinggi," kata Piprim.

Baca juga: Apakah meja berdiri bisa bantu turunkan berat badan?

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2019