Berbekal tongkat dengan tutup kipas angin pada ujungnya, beberapa orang menjaring sampah yang mengapung di Danau Sunter, Jakarta Utara, dari ponton apung HDPE, pelampung berbentuk rangkaian kubus. Seragam mereka yang berwarna dominan oranye kontras dengan air danau yang coklat.
Mereka segera menepi setelah sampah memenuhi ponton apung. Keranjang sampah sudah disiapkan untuk mengangkut sampah ke darat.
Petugas yang berjaga di darat sigap menjulurkan tali begitu keranjang sudah penuh sampah. Keranjang pun dinaikkan, isinya dimasukkan ke bak truk.
Tanpa rasa canggung atau jijik mereka bergumul dengan sampah. Tangan mereka cekatan memunguti sisa sampah yang tak terjangkau sekop.
Sesekali mereka saling mencipratkan air sembari tertawa lepas. "Biasa anak-anak bercanda... Dibawa asyik aja," ujar Hariyadi (43), komandan regu petugas Unit Pelaksana Kebersihan (UPK) Badan Air Jakarta Utara.
Pria yang lahir di Jakarta pada 4 Mei 1975 itu membawahi 28 petugas yang bertanggung jawab menjaga kebersihan 11 titik saluran air di wilayah itu.
Khusus di Danau Sunter, ada tujuh personel inti yang bertugas. Dasuki, Didi Supardi, Limin, Handi Lingga, Nanda, M Andi, dan Agung selalu siaga menjaga danau dari serbuan sampah.
Sehari-hari petugas kebersihan yang statusnya masih pekerja kontrak itu menghadapi berbagai jenis sampah, mulai dari kantong plastik, botol air mineral, hingga perkakas bekas yang sudah bercampur lumut.
Rata-rata mereka mengumpulkan tak kurang dari empat meter kubik sampah setiap hari dari danau. Namun, pada hari hujan mereka bisa mengumpulkan tujuh hingga delapan meter kubik sampah, dua kali lipat dibanding biasanya.
Haryadi, yang biasa dipanggil Komeng, biasanya ikut turun membantu anak buahnya membersihkan danau dari sampah.
"Saya enggak mau mentang-mentang, cuma perintah. Saya ikut turun. Jadi, mereka sadar sendiri, enggak perlu diperintah," kata Komeng, bapak tiga anak yang bergabung di dinas sejak 2014.
Danau Sunter, yang luasnya 33 hektare, dibangun tahun 1970-an. Danau itu terbagi menjadi dua bagian, yakni Danau Sunter 1 di barat yang berfungsi sebagai penampung air dan Danau Sunter 2 di timur untuk sarana rekreasi.
"Sampah mah banyak numpuk di sini (Sunter 1) karena banyak inlet-nya (jalur masuk air dari permukiman). Jadi sampah ikut terbawa. Danau yang satu relatif bersih karena tidak punya inlet," jelas Komeng.
Ia menjelaskan pula bahwa kedalaman danau buatan itu bervariasi, paling dangkal dua meter. Demi keamanan dan keselamatan petugas, yang tidak semuanya mahir berenang, dinas menyediakan peralatan pengaman seperti pelampung bagi personel yang bertugas membersihkan danau dari sampah.
Pengalaman mistis
Warga kawasan sekitar Danau Sunter dan petugas UPK Badan Air yang bekerja di sana sering mendengar cerita mistis mengenai danau yang punya pulau kecil di tengahnya itu.
Komeng mengutip cerita orang-orang tua bahwa konon pulau kecil itu dikelilingi oleh ular, dan anggotanya sering menemukan ular, mulai dari ular kecil sampai ular sanca besar, saat membersihkan danau dari sampah.
"Pernah juga ulernya aneh. Gimana ya, badannya uler, tapi kepalanya kayak lele, ada kupingnya. Enggak terlalu gede sih ukurannya. Kalau gitu mah, kite biarin aja. Enggak berani nangkep," katanya.
Komeng juga menceritakan pada masa awal bertugas dia pernah beberapa hari sakit dan menurut temannya yang "orang pintar" itu terjadi karena dia lupa mencabut arit yang menancap di pohon yang ada di pulau tengah danau usai memetik kelapa.
Namun Komeng dan para petugas kebersihan Danau Sunter tidak terlalu khawatir dengan kisah-kisah mistis yang meliputi danau itu.
"Saya pesen aja sama anak-anak. Kalau mau ngarit apa bersih-bersih, permisi dulu niat kerja. Alhamdulillah, lancar. Ya, percaya enggak percaya...," katanya.
Temuan Berharga
Syarif (33) bekerja di UPK Badan Air sejak unit itu terbentuk tahun 2014. Pria kelahiran Jakarta yang sebelum menjadi sopir bertugas memantau sampah itu menuturkan dulu para petugas UPK Badan Air harus bekerja keras untuk membersihkan Danau Sunter karena sampahnya sangat banyak. Saking banyaknya sampah yang menumpuk di danau itu, orang sampai bisa berdiri di atasnya.
Sekarang sampah yang mengotori danau tidak sebanyak dulu, pekerjaan petugas kebersihan menjadi agak lebih ringan.
Selama membersihkan sampah dari danau, kadang para petugas kebersihan menemukan barang berharga yang tidak sengaja terbuang, mulai dari tas berisi uang hingga emas.
"Pernah juga nemu emas diplastikin. Kecil, satu-dua gram paling. Tapi, itu mah dulu. Kisaran 2017 ke bawah, waktu danau sini masih sepi, banyak begal. Kalau sekarang udah jarang banget," ujar Komeng.
Kini, Komeng berharap anak buahnya tidak lagi menemukan barang-barang buangan di Danau Sunter.
"Harapannya sih, masyarakat sadar. Mari jaga kebersihan Danau Sunter ini sama-sama. Di rumah aja, kalau saya lihat ada orang buang sampah sembarangan, saya suruh nyomot lagi tuh sampah," katanya.
Baca juga:
Aktivis sarankan pemerintah kaji ulang pembangunan ITF Sunter
Pewarta: Virna P Setyorini/Zuhdiar Laeis
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019