Rahmat Sukardi terlihat serius mengutak-atik aplikasi yang terpasang dalam perangkat telepon pintar dan tidak memperhatikan kesibukan yang sedang terjadi di sekitarnya.Kalau dulu mencari-cari ikan harus mutar-mutar dulu, sekarang tinggal menuju bujur dan lintang sekian
Meski awalnya terlihat kesulitan dengan kecanggihan teknologi itu, laki-laki paruh baya tersebut, dalam waktu singkat, mampu menjinakkan rasa takut dari kegagapan digital.
Rahmat merupakan salah seorang nelayan dari Kampung Mandar, Kecamatan Banyuwangi Kota, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, yang ikut kegiatan sosialisasi aplikasi "Laut Nusantara".
"Laut Nusantara" merupakan aplikasi berbasis android yang dibangun oleh PT XL Axiata bekerja sama dengan Balai Riset dan Observasi Laut (BROL) Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Inovasi yang menggunakan sumber data kelautan secara lengkap dan "real time" ini bertujuan untuk membantu peningkatan jumlah tangkapan bagi nelayan. Melalui jumlah tangkapan yang meningkat, maka secara tidak langsung, tingkat kesejahteraan para nelayan juga ikut terdorong naik.
Rahmat mengatakan salah satu keunggulan teknologi ini adalah para nelayan hanya tinggal menuju koordinat yang sudah ditentukan tempat ikan berada dan tidak perlu mencari-cari keberadaan ikan. Dengan demikian, nelayan bisa menghemat waktu dan hanya fokus kepada tangkapan ikan tanpa harus mengkhawatirkan jumlah produksi yang kecil.
"Kalau dulu mencari-cari ikan harus mutar-mutar dulu, sekarang tinggal menuju bujur dan lintang sekian," kata Rahmat yang mempunyai perahu berkapasitas dibawah satu gross ton ini.
Sebagai salah seorang nelayan dari kampung kecil, Rahmat juga mengharapkan aplikasi tersebut dapat mendorong jumlah pendapatan dalam jangka panjang.
Saat ini, terdapat sekitar 600 keluarga nelayan yang bermukim di Kampung Mandar dan sebagian dari mereka mengandalkan kapal jukung berukuran kecil dan jaringan terbatas untuk menangkap hasil laut
Target 15.000 pengguna
Sebanyak 11 daerah meliputi 1.300 nelayan tercatat sudah menerima sosialisasi dari aplikasi "Laut Nusantara" yang menggunakan data kelautan secara akurat dari BROL. Daerah sentra nelayan tersebut antara lain Perancak, Pandeglang, Lombok Tengah, Kenjeran, Situbondo, Indramayu, Greges, Pakutatan, Serang, Sendang Biru, dan Prigi.
Hingga Februari 2019, kurang lebih sebanyak 10.000 nelayan telah memanfaatkan aplikasi ini dengan target jumlah pengguna pada akhir tahun mencapai 15.000 nelayan. Kepala Balai Riset dan Observasi Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan I Nyoman Radiarta mengatakan semua informasi dalam aplikasi ini selalu update setiap tiga hari berdasarkan data dari satelit khusus.
Inovasi yang lahir sejak Agustus 2018 ini mampu menampilkan data perkiraan melalui analisa maupun observasi kelautan selama 20 tahun ke belakang. Pengembangan aplikasi ikut melibatkan penelitian dan survei ke sejumlah komunitas nelayan di berbagai daerah untuk mengetahui kebutuhan terkait informasi seputar aktivitas penangkapan ikan.
Berbagai fitur yang sudah ada dalam aplikasi ini antara lain gambaran potensi ikan secara nasional berdasarkan wilayah pesisir, perairan khusus dan laut lepas. Kemudian, informasi kelautan lainnya seperti data gelombang maupun kecepatan angin, konsumsi bahan bakar dan jumlah tangkapan.
Salah satu fitur paling baru adalah navigasi yang berisi infomasi mengenai jarak, kalkulasi bahan bakar secara otomatis dari jarak yang titik-titik tujuannya sudah ditentukan nelayan, dan arah.
Melalui kemudahan itu, Nyoman mengharapkan, teknologi ini bisa mengubah pola kerja para nelayan dari kerja keras menjadi kerja cermat dan kerja cerdas. "Berbagai fitur dalam aplikasi ini bisa membantu nelayan kecil secara umum dan mengubah pola pikir menjadi kerja cermat serta kerja cerdas," ujarnya. Ia juga menjamin akurasi data yang ditampilkan sangat baik karena dikumpulkan berdasarkan riset dan observasi laut di seluruh wilayah nusantara.
Dorong produktivitas
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur dan CEO XL Axiata, Dian Siswarini mengatakan aplikasi ini dapat membantu nelayan dengan perahu mesin kecil dibawah lima gross ton untuk mendorong produktivitas.
Menurut dia, inovasi digital ini tidak hanya meningkatkan produktivitas tangkapan, namun juga produktivitas kerja para nelayan kecil. Oleh karena itu, melalui kegiatan sosialisasi ini, para nelayan dapat lebih handal memanfaatkan teknologi agar penggunaan aplikasi "Laut Nusantara" dapat makin masif ke depannya.
Selain itu, ia mengharapkan pemanfaatan aplikasi digital ini dapat meningkatkan keamanan para nelayan dalam menangkap hasil laut. "Melalui sarana digital, nelayan mendapatkan sumber informasi bermanfaat yang bisa membantu menemukan lokasi tempat ikan berada, sekaligus memberikan panduan keselamatan kerja," kata Dian. Saat ini, penciptaan teknologi mempunyai peran besar dalam meningkatkan tingkat kemakmuran masyarakat dan kegiatan ekonomi pada umumnya.
Inovasi aplikasi untuk membantu penangkapan hasil laut ini bukan pengecualian karena dapat memberikan dampak maksimal kepada jumlah produksi dan menciptakan lapangan pekerjaan.
Untuk itu, pengembangan aplikasi sejenis yang dapat memberikan kepraktisan dan kemudahan sangat diharapkan bagi para nelayan agar tingkat kesejahteraan mereka makin membaik.
Baca juga: KKP-XL Axiata luncurkan Aplikasi Laut Nusantara
Baca juga: XL tingkatkan tangkapan nelayan melalui Aplikasi Laut Nusantara
Pewarta: Satyagraha
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019