Kereta api bisa atasi kemacetan Sumbar

9 April 2019 14:59 WIB
Kereta api bisa atasi kemacetan Sumbar
Pengendara berhenti di perlintasan liar saat Kereta Api (KA) Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Minangkabau Ekspres melintas di Jati, Padang, Sumatera Barat, Rabu (13/3/2019). (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/aww.)
Kereta api bisa menjadi alternatif untuk mengatasi persoalan kemacetan jalan penghubung antarprovinsi maupun kabupaten/kota di Sumbar yang mulai tidak sanggup menampung peningkatan volume kendaraan.

"Beberapa titik seperti Pasar Koto Baru dan Pasar Padang Luar mengalami kemacetan parah hingga satu sampai dua jam. Kereta api bisa menjadi angkutan alternatif untuk mengurangi kemacetan itu," kata Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit dihubungi dari Padang, Selasa.

Ia mengatakan itu terkait rencana pengaktifan kembali jalur kereta api di Sumbar. Menurutnya kereta api adalah angkutan massal yang paling murah dan anti macet.

Jika moda transportasi itu diaktifkan kembali, diyakini akan banyak masyarakat yang memilih menggunakannya, apalagi jika jalurnya tersambung hingga ke Pekanbaru.

Dengan demikian jumlah kendaraan di jalan raya bisa menurun dan kemacetan teratasi. "Kita dukung pengaktifan itu seratus persen," ujarnya.

Jalur kereta api di Sumbar mulai dibangun sejak 1887 hingga awal 1900-an. Tercatat jalur itu terbentang sepanjang 230 kilometer.

Dari Padang, jalurnya menyimpang ke Pariaman terus ke Naras. Sementara jalur lurusnya terus ke Kayu Tanam-Padangpanjang-Bukittinggi -Payakumbuh dan Limapuluh Kota. Cabang lainnya dari Padangpanjang ke Solok terus ke Sawahlunto dan Sijunjung.

Jalur Sijunjung itu bisa tembus terus hingga ke Pekanbaru dan tersambung pada jalur kereta trans Sumatera.

Namun pada 1970-an angkutan kereta api mulai meredup di Sumbar, tergantikan moda transportasi lain dan pada 2003 benar-benar mati.

Banyak jalur kereta api itu yang telah berubah fungsi menjadi perumahan, kantor bahkan jalan raya.

Upaya mengaktifkan kembali moda transportasi itu di Sumbar bukan perkara mudah karena akan bergesekan dengan masyarakat yang terlanjur memanfaatkan lahan milik PT KAI itu.

Meski demikian, Nasrul Abit optimistis ke depan kereta api di Sumbar akan kembali menjadi salah satu pilihan masyarakat.

Setidaknya itu terlihat dari kereta api bandara yang telah beroperasi dan cukup mendapat tanggapan positif dari masyarakat.*


Baca juga: Selama 2018 penumpang KA Sibinuang Sumbar capai 1,2 juta

Baca juga: Sepanjang 232 kilometer jalur kereta api Sumbar belum beroperasi

Baca juga: Unit kereta api bandara Sumbar tiba Februari


 

Pewarta: Miko Elfisha
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019