Bank Indonesia sedang menyusun panduan (guidelines) untuk perdagangan antarnegara di ASEAN yang menggunakan mata uang lokal sebagai alternatif transaksi, sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.Penyusunan panduan ini sudah jadi prioritas antara bank sentral di ASEAN. Diharapkan rancangannya dapat selesai akhir tahun dan disepakati 10 negara ASEAN
"Penyusunan panduan ini sudah jadi prioritas antara bank sentral di ASEAN. Diharapkan rancangannya dapat selesai akhir tahun dan disepakati 10 negara ASEAN," kata Deputi Direktur Departemen Internasional BI Haris Munandar di Jakarta, Selasa.
Jika penyusunan tersebut sesuai rencana, maka Indonesia mengharapkan Panduan perdagangan langsung mata uang lokal atau biasa disebut "Local Currency Settlement/LCS" itu dapat disahkan pada Pertemuan Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan ASEAN pada April 2020 di Filipina.
Rencana untuk menyusun panduan LCS itu memang semakin kuat sejak pertemuan tahunan Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan ASEAN di Thailand, 5 April 2019.
Kesepakatan perdagangan mata uang lokal antarnegara (LCS) semakin marak dilakukan di kawasan dalam beberapa tahun terakhir. Indonesia sudah menjalin kesepakatan LCS dengan Thailand, Malaysia, dan terbaru adalah Filipina. Namun, kegiatan LCS masih dibatasi untuk difasilitasi oleh hanya sekitar lima hingga enam bank.
LCS dijadikan salah satu amunisi untuk mengurangi dampak dari ketergantungan perdagangan internasional terhadap dolar AS. Meskipun demikian, BI menampik jika LCS digunakan untuk mengganti peran dolar AS. LCS hanya dijadikan opsi bagi importir dan eksportir untuk memilih mata uang dalam transaksi.
Direktur Departemen Internasional BI Wahyu Pratomo mengatakan LCS hanya ditujukan untuk memberikan alternatif penggunaan mata uang selain dolar AS. Pun, LCS bisa membantu negara-negara di ASEAN agar tidak mengalami depresiasi kurs mata uang yang berlebihan ketika terjadi gejolak di pasar keuangan global seperti yang terjadi pada 2018.
"Harapannya jika ada gonjang-ganjing arus modal keluar, tidak ganggu ekonmi di kawasan," ujarnya.
Nilai perdagangan yang menggunakan mata uang lokal LCS memang belum signifikan. Namun, menurut Wahyu, pertumbuhan nilai perdagangan menggunakan LCS meningkat pesat.
Misalnya, perdagangan Indonesia dan Malaysia yang menggunakan mata uang lokal (LCS) pada 2018 mencapai 130 juta dolar AS. Untuk kuartal I 2019 saja, nilai LCS antara Indonesia dan Malaysia sudah mencapai 50 juta dolar AS.
"Dan diharapkan akan terus meningkat," ujar Wahyu.
Begitu juga dengan perdagangan menggunakan skema LCS antara Indonesia dan Thailand yang pada kuartal I 2019 sudah mencapai 10 juta dolat AS. Padahal sepanjang 2018, nilai perdagangan antara dua negara menggunakan mata uang lokal sebesar 50 juta dolar AS.
Wahyu mengatakan jumlah bank yang akan memfasilitasi LCS bisa saja ditambah. Begitu juga kerja sama bilateral yang menggunakan LCS diharapkan dapat meningkat dalam beberapa tahun mendatang.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019