"Teknologi itu bertujuan untuk mengestimasi kandungan nutrisi serta memberikan rekomendasi terhadap jumlah pupuk yang perlu diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman saat pengukuran secara realtime," kata pencipta produk agriino handheld nutrient sensing system, Bayu Taruna Wijaya Putra PhD, di Jember, Rabu.
Menurutnya alat tersebut untuk mengestimasi nutrisi pada tanaman secara realtime, sehingga petani bisa menentukan apakah tanaman tersebut butuh untuk dipupuk atau tidak, sehingga tidak perlu melakukan pengukuran secara manual yang dapat menghabiskan tenaga.
"Teknologi itu bertujuan untuk mengestimasi kandungan nutrisi serta memberikan rekomendasi terhadap jumlah pupuk yang perlu diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman saat pengukuran secara realtime," katanya.
Ia mengatakan fitur-fitur yang tersedia di dalamnya terus diperbaharui guna memenuhi kebutuhan dan keinginan petani, baik skala industri ataupun petani kecil, sehingga produk itu sangat cocok untuk pertanian/perkebunan terutama untuk lahan dengan topografi yang berbukit-bukit serta terdapat banyak pohon naungan.
"Cara kerja aplikasi itu berbasis android dan juga sudah dikembangkan perangkat kerasnya, sehingga dari gambar akan dianalisa secara langsung dari aplikasi yang berbasis android dan seketika itu muncul rekomendasi untuk memberikan atau tidak nutrisi pada tanaman," tuturnya.
Sementara Ketua LP2M Unej Prof Achmad Subagio mengatakan penggunaan teknologi digital di berbagai bidang meningkat secara signifikan, tidak terkecuali di bidang pertanian dan untuk mengetahui kondisi pertanian dibutuhkan informasi/data yang relevan, salah satu caranya adalah dengan menggunakan pesawat nirawak atau dikenal dengan drone.
"Melalui pengumpulan dan analisa data yang tepat dan cepat serta dengan skala yang lebih luas, petani dapat memperoleh informasi yang bermanfaat tentang keadaan lahan pertanian yaitu sifat biofisik tanaman seperti warna daun, ukuran tanaman, kondisi
gulma, hama/penyakit, dan faktor penting lainnya. Faktor-faktor penting itulah yang digunakan untuk alat pengambilan keputusan secara presisi," katanya.
Di negara maju, lanjut dia, penggunaan teknologi nirawak sudah masif digunakan untuk pertanian presisi, namun di Indonesia, teknologi tersebut terbilang baru, sehingga perlu adanya inovasi guna memperkecil kesenjangan teknologi antara negara maju dan berkembang.
"Handheld nutrient sensing system dan drone based plant monitoring merupakan teknologi yang mempunyai keunggulan bisa digunakan kapan saja tanpa batasan waktu penggunaan baik siang atau malam," ujarnya.*
Baca juga: Mahasiswa Bidikmisi cumlaude mendapat hadiah laptop Menristekdikti
Baca juga: CDAST Unej - EMTech Universiti Putra Malaysia kerja sama riset
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019