Tim dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Riau kesulitan untuk mengidentifikasi keberadaan harimau Sumatera liar yang masuk perkampungan penduduk di Desa Labuan Bilik Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan.
Humas BBKSDA Riau Dian Indriati di Pekanbaru, Kamis, mengatakan di lokasi tersebut tidak ada lagi jejak kaki satwa belang itu yang bisa ditemukan. Hal itu kemungkinan besar disebabkan jejak kaki sudah terhapus oleh air hujan.
“Menurut informasi dari Sekdes (Labuan Bilik), kejadian hari Minggu pagi namun di tempat kejadian tidak ditemukan jejak harimau dikarenakan tanah keras dan sudah terkena hujan, sehingga jejak Harimau tersebut tidak dapat ditemukan dan dipastikan,” kata Dian.
Ia menjelaskan Tim BBKSDA Riau masuk ke lokasi konflik harimau-manusia itu bersama Babinkamtibmas Polsek Teluk Meranti, Sekdes Labuan Bilik dan masyarakat setempat pada Rabu (10/4). Di tempat itu, tim langsung melakukan pengecekan ke tempat kejadian di mana sapi peliharaan warga diduga digigit oleh harimau.
Meski begitu, ia mengatakan keterangan dari warga menyatakan pernah melihat langsung sosok harimau sekitar tiga minggu lalu.
“Dan seminggu terakhir ini warga mendengar suara harimau setiap malam,” katanya.
Sampai saat ini, lanjutnya, tim masih menggali informasi dari masyarakat setempat dan melakukan sosialisasi terkait satwa dilindungi tersebut. Bentuk edukasi ke warga yakni memberikan buku tentang satwa liar yang dilindungi.
Selain itu, tim BBKSDA juga akan memasang kamera jebakan (camera trap) di sekitar daerah tersebut untuk mengidentifikasi harimau yang diresahkan warga setempat.
“Kami sekaligus persiapan pemasangan camera trap,” katanya.
Kepala BBKSDA Riau, Suharyono, awal pekan ini menyatakan pihaknya mengirim tim karena mendapat laporan ada harimau sumatera liar berkeliaran di permukiman warga di Teluk Meranti. Berdasarkan laporan dari pihak perangkat desa, lanjutnya, harimau sempat menyerang ternak sapi warga.
Menurut dia, menuju lokasi desa tersebut cukup jauh karena harus menggunakan kendaraan roda empat, dan disambung dengan perahu lewat sungai.
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019