Mereka juga menyimpan kebenaran dari orang tua teman mereka yang tewas mengenai nasib putri mereka.
Penculikan sebanyak 276 siswi pada 14 April 2014 dari sekolah mereka di bagian timur-laut Nigeria --aksi terbesar kelompok gerilyawan fanatik Boko Haram-- menyulut kemarahan masyarakat global dan aksi media #BringBackOurGirls.
Pada peringatan tahun kelima penculikan itu, yang diungkapkan secara eksklusif oleh Thomson Reuters Foundation menyoroti akibat dari perampoakn yang gagal tersebut; banyak siswi bekas sandera masih dihantui oleh tragedi yang telah dilupakan oleh banyak warga dunia.
"Kadangkala, itu membuat saya tak bisa tidur sebab saya memikirkan mereka. Kadangkala, mereka bahkan muncul di dalam mimpi saya. Ini sangat menyakitkan," kata Margret Yama dalam satu percakapan telepon dari Yola di bagian timur-laut Nigeria dengan Reuters, yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi.
Remaja putri yang berusia 22 tahun itu termasuk di antara 197 siswi Chibok yang ditemukan dan diselamatkan oleh militer Nigeria, atau dibebaskan dalam perundingan antara pemerintah dan Boko Haram.
Presiden Nigeria Muhammad Buhari membuat penghancuran Boko Haram sebagai tonggak kampanye pemilihan umumnya pada 2015 dan ia telah berikrar takkan menyi-nyiakan upaya dalam memastikan bahwa semua orang Nigeria yang diculik dibebaskan.
Namun pemerintahnya telah gagal mengalahkan kelompok gerilyawan tersebut, yang telah melancarkan serangan sejak 2009, dan menyerang pangkalan militer serta kota kecil strategis sebelum pemilihan umum Februari. Buhari meraih masa jabatan kedua dalam proses demokrasi itu.
"Berbagai upaya terus ditingkatkan untuk menjamin pembebasan semua sandera, bukan hanya anak perempuan Chibok," kata Juru Bicara Presiden Garba Shehu.
"Operasi dilansungkan dan tujuannya ialah penyelesaian dan keterlibatan menyeluruh," katanya. Ia menambahkan perpecahan di dalam tubuh Boko Haram --dengan pemisahan diri IS dari faksi Afrika Barat pada 2016-- telah mempengaruhi upaya pemerintah.
Yama adalah satu dari banyak perempuan muda yang dikirim pemerintah pada 2017 ke satu kegiatan pengobatan khusus di American University of Nigeria (AUN) di Yola.
Walaupun ia menerima perawatan media dan penyuluhan selama berbulan-bulan setelah pengalaman mengerikannya, Yama merasa sedih karena ia ingat teman-temannya yang masih berada di persembunyian Boko Haram di Hutan Sambisa, tempat banyak orang meninggal akibat gigitan ular, melahirkan dan sakit.
"Saya memikirkan, apa yang mereka rasakan sekarang? Lebih khusus lagi ketika musim hujan, saya memikirkan mereka karena tak ada tempat berteduh, tak ada kamar, bahkan tanpa tikar untuk tidur ...," kata Yama.
"Selain itu, pesawat ini yang dulu terbang ke Sambisa dan menjatuhkan bom dan membunuh orang, jadi saya memikirkan mereka, juga," kata perempuan muda tersebut. Ia mengenang serangan udara militer Nigeria terhadap hutan itu.
Sumber: Reuters
Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Eliswan Azly
Copyright © ANTARA 2019