Machar, yang bisa memperoleh kembali kedudukan sebagai wakil presiden di bawah kesepakatan, mengatakan pemerintah dan pemberontak memerlukan waktu enam bulan lagi untuk membentuk pemerintah persatuan.
Dia berbicara secara khusus kepada Reuters di Roma setelah menghadiri retret dua hari dengan tuan rumah Paus Fransiskus, bersama Presiden Salva Kiir.
Meskipun sedikit diplomat yang berharap Kiir dan Machar memenuhi tenggat 12 Mei yang ditetapkan dalam kesepakatan damai pada September, penundaan itu akan memberikan situasi yang tidak mudah bagi 12 juta penduduk Sudan Selatan.
Lebih dari sepertiga warga telah tercerabut dari rumah mereka dan sekitar 400 ribu meninggal dalam perang saudara yang menjerumuskan negara tersebut dalam kelaparan dan ditandai dengan kekerasan seksual serta penghapusan suku seperti yang diperingatkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2017.
Pada saat ditanya apakah negara kesatuan bisa siap hingga 12 Mei, dia mengatakan, "Sayangnya saya harus katakan 'tidak' ."
Perpanjangan selama enam bulan diperlukan untuk menyatukan dan memberangkatkan pasukan pertahanan, mengosongkan ibu kota Juba dan kota-kota lain dari aktivitas militer, menyepakati pewarisan kekuasaan dan membebaskan para tahanan politik, katanya.
Machar mengatakan telah membahas perpanjangan itu dengan Kiir dalam retret di Vatikan yang berakhir Kamis dengan permohonan dari paus bahwa para pemimpin itu menghormati gencatan senjata dan menyelesaikan perbedaan-perbedaan.
Keamanan kurang
"Kami memiliki para pengungsi yang tidak akan pulang jika mereka merasa tidak aman, kami juga memiliki warga yang tercerai berai di ibu kota dan kota-kota besar lainnya yang tidak akan kembali ke rumah yang telah mereka tinggalkan lima setengah tahun lalu karena masalah keamanan," katanya.
"Maka kami memerlukan keamanan yang memadai dari kedua pasukan sehingga rakyat percaya bahwa kesepakatan ditepati, sehingga agaknya pemerintahan belum terbentuk pada 12 Mei," ujarnya.
Machar mengatakan bahwa Kiir khawatir bahwa masyarakat internasional membidik dia tidak akan menerapkan kesepakatan. Doa menambahkan "tapi dia harus memanggul salibnya untuk masalah ini".
Para diplomat dan pengamat mengatakan akan sulit untuk memenuhi tenggat.
"Penangguhan ini tidak terelakkan, selama tidak ada pilihan. Bagaimana pun ada sedikit harapan akan menghasilkan kemajuan yang nyata tanpa tekanan luar atau atau perubahan tak terduga."
"Saya tidak bermaksud sinis, ini praktis. Jika penundaan membuat Machar merasa lebih terjamin dan perang berakhir, akan sangat bernilai," kata Peter Martell, penulis sejarah Sudan Selatan kepada Reuters.
Machar juga mengatakan dia percaya bahwa kepemimpinan militer baru di Khartoum akan berlanjut sebagai "penjamin kuat" dari kesepakatan damai Sudan Selatan yang rapuh.
Baca juga: Presiden, pemimpin pemberontak Sudan Selatan tanda tangani perjanjian perdamaian
Sumber: Reuters
Pewarta: Maria Dian A
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019