"Kami berhasil merampungkan pinjaman sindikasi ketujuh di tahun 2019. Seperti tahun lalu, fasilitas ini akan dipergunakan untuk mendukung bisnis pembiayaan di Indonesia, dan digunakan untuk membantu pencapaian pertumbuhan pembiayaan sebesar 5 persen-10 persen di tahun 2019," ujar Direktur Utama Adira Finance, Hafid Hadeli, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (13/4) malam.
Ia menjelaskan, pinjaman itu diberikan berkat pengaruh Indonesia dalam ekonomi global yang makin kuat, sehingga mendorong bank-bank luar negeri untuk memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan Indonesia dengan kinerja yang mumpuni.
Kepercayaan investor terhadap Adira Finance tetap kuat, terlihat dari penerbitan pinjaman sindikasi yang mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sekitar dua kali dari rencana awal.
Pinjaman itu juga berhasil menarik minat investor asing yang kebanyakannya berasal dari Singapura, Taiwan dan Jepang. Fasilitas 350 juta dolar AS dengan tenor tiga tahun itu memperoleh tingkat bunga yang kompetitif.
Dalam proses penerbitan pinjaman sindikasi itu, Adira Finance menunjuk BNP Paribas, DBS Bank Ltd, Maybank Grup, MUFG Bank Ltd, dan United Overseas Bank Limited, sebagai mandated lead arrangers dan bookrunners.
"Adira Finance terus mendiversifikasi sumber dananya sehubungan dengan pertumbuhan kebutuhan pendanaan perusahaan. Investor kami berasal dari berbagai negara seperti Jepang, Singapura dan Taiwan," ucap Direktur Keuangan Perusahaan, I Dewa Made Susila.
Seperti tahun-tahun sebelumnya sejak penerbitan pinjaman sindikasi pertama, perusahaan akan melakukan lindung nilai penuh (fully-hedged) ke dalam mata uang rupiah untuk memitigasi risiko mata uang (currency risk) dan suku bunga (interest rate risk), mengingat kegiatan pembiayaan Adira Finance menggunakan mata uang rupiah dan suku bunga pembiayaan yang tetap.
"Adapun fasilitas pinjaman dalam mata uang asing memberikan kontribusi sebesar 36 persen atas pendanaan sendiri perusahaan yang mencapai Rp22 triliun pada akhir tahun 2018," kata I Dewa Made Susila.
Ia menambahkan, sekitar 18 persen pendanaan sendiri merupakan pinjaman dari bank lokal dan 46 persen berasal dari pendanaan pasar modal berupa obligasi dan sukuk mudharabah.
"Dengan gearing ratio pada level 3,1 kali, perusahaan memiliki ruang gerak yang luas dalam mencari pendanaan ke depannya untuk memenuhi kebutuhan penyaluran pembiayaan baru," paparnya.
Baca juga: Adira Finance bidik kenaikan pembiayaan hingga 10 persen
Baca juga: Adira Finance hadirkan program "Harcilnas"
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019