Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa meski ada kampanye negatif terhadap produk kelapa sawit yang merupakan ekspor andalan Indonesia, tetapi neraca perdagangan antara Indonesia dan Uni Eropa masih positif.Saya yakin pemerintah sudah mengantisipasinya dan akan bernegosiasi dengan negara-negara Eropa...
"Secara umum neraca perdagangan ke Eropa masih positif," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Suhariyanto memaparkan pada Januari-Maret 2019 nilai ekspor ke Uni Eropa adalah sebesar 3,6 miliar dolar AS, sedangkan impornya 3,02 miliar dolar AS.
Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia ke Uni Eropa masih surplus sekitar 580 juta dolar AS. "Tentu ada situasi yang berbeda-beda, kita dengan Jerman mengalami defisit, dengan Belanda kita surplus. Secara umum masih bagus karena kita masih surplus 587 juta dolar AS," paparnya.
Namun mengenai nilai ekspor sawit ke beberapa negara di Uni Eropa memang mengalami penurunan seperti ke Inggris selama Januari-Maret 2019 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, nilai-nya turun 22 persen, ke Belanda juga mengalami penurunan 39 persen, begitu pula dengan ekspor ke negara lainnya seperti Jerman, Italia, dan Spanyol.
Kepala BPS berpendapat bahwa penurunan terjadi karena ada kampanye negatif terhadap produk kelapa sawit Indonesia.
"Saya yakin pemerintah sudah mengantisipasinya dan akan bernegosiasi dengan negara-negara Eropa (terkait kampanye negatif) itu," ucapnya.
Suhariyanto juga mengungkapkan bahwa sawit juga termasuk di dalam komoditas nonmigas yang mengalami penurunan harga pada Maret dibandingkan bulan sebelumnya, seperti minyak kernel, coklat, perak, dan batu bara.
Baca juga: Ekspor Maret 2019 naik 11,71 persen, tembus 14 miliar dolar
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019