Pembangunan Rumah Sakit (RS) Persahabatan Indonesia-Myanmar yang digagas bersama organisasi relawan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MERC) Indonesia, Palang Merah Indonesia (PMI) dan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) capaiannya sudah lebih dari 90 persen.Berdasarkan laporan "Site Manager" pembangunan RS Indonesia di Rakhine State, Ir Nur Ikhwan Abadi, perkembangan bangunan utama yang saat ini masih berlangsung sudah mencapai 91 persen
"Berdasarkan laporan Site Manager pembangunan RS Indonesia di Rakhine State, Ir Nur Ikhwan Abadi, perkembangan bangunan utama yang saat ini masih berlangsung sudah mencapai 91 persen," kata Presidium MER-C Indonesia dr Sarbini Abdul Murad di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan bahwa area pembangunan Rumah Sakit Indonesia (RSI) yang luasnya lebih dari 7.000 meter persegi itu berada di Myaung Bwe Village, Mrauk U Township, Rakhine State, Myanmar.
Menurut dia, pekan lalu (8/2) Nur Ikhwan Abadi berangkat ke Yangon bersama tiga sukarelawan MER-C lainnya, yaitu Ir Ahmad Fauzi (Site Engineer), serta Karidi dan Wanto, keduanya adalah sukarelawan bagian sipil dan mekanikal elektrikal.
Tim divisi konstruksi MER-C itu, katanya, bisa berangkat kembali ke Yangon, setelah adanya informasi dari Kedutaan Besar RI bahwa surat izin dari Kantor Presiden, Kementerian Kesehatan dan Olahraga, serta Pemerintah negara bagian Rakhine telah didapat.
Dari Yangon, tim melanjutkan penerbangan dengan maskapai lokal ke Sittwe, Ibu Kota Rakhine State.
"Alhamdulillah meskipun ada berbagai kendala yang di lapangan, sebagaimana halnya membangun di wilayah konflik, pembangunan RS Indonesia di Rakhine State terus berjalan," kata Nur Ikhwan, seperti disampaikan Sarbini Abdul Murad.
Diakui bahwa pembangunan memang mundur dari jadwal yang ditetapkan, namun perlahan tapi pasti progres terus berlanjut.
Seiring kondisi di Rakhine State yang masih bergejolak, maka di Sittwe tim berkoordinasi dengan pihak terkait di wilayah ini dan melihat perkembangan situasi keamanan guna melanjutkan pembangunan RS Indonesia di Myaung Bwe, Mrauk U, Rakhine State dengan jarak tempuh sekitar 3 jam lebih via darat.
"Kami berharap bisa segera menyelesaikan pekerjaan instalasi listrik, sanitasi dan lantai rumah sakit," katanya.
Nur Ikhwan, yang juga telah berpengalaman bertugas untuk pembangunan RSI di Jalur Gaza, Palestina menambahkan apabila pembangunan bangunan utama sudah selesai, akan dilanjutkan dengan pembangunan sarana lainnya, seperti "ground tank" atau tempat penampungan air bawah tanah yang akan berada di belakang bangunan utama RS Indonesia.
"Ground tank" itu diperlukan karena sulitnya mendapatkan air bersih di wilayah tersebut, sementara air bersih sangat krusial bagi operasionalisasi rumah sakit.
Selain "ground tank", tim juga akan membangun kamar jenazah dan jembatan yang akan menghubungkan jalan raya dan RS Indonesia itu.
Ia berharap dengan jangka waktu izin yang diberikan, pembangunan RS Indonesia serta semua sarana tadi bisa segera selesai.
"Tentunya kami mohon doanya dari masyarakat Indonesia," katanya.
Sarbini Abdul Murad menambahkan pembangunan RS Persahabatan Indonesia-Myanmar itu adalah sebuah langkah diplomasi kemanusiaan di dunia internasional, yang merupakan kerja sama MER-C, PMI dan Walubi.
Ia menjelaskan saat bertemu Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, pada pertengan Januari lalu, pihaknya memberikan apresiasi kepada pemerintah, khususnya Kemenlu yang sangat membantu dalam misi kemanusiaan tersebut.
"Bantuan Kemenlu dalam proses pembangunan RS di Myamnar sangat luar biasa yang kami rasakan," kata Sarbini Abdul Murad, dokter Indonesia pertama yang berhasil masuk ke garis depan Gaza saat konflik Palestina-Israel pada 2008-2009 itu.
Baca juga: MER-C sampaikan perkembangan RS Persahabatan Indonesia-Myanmar kepada Menlu
Baca juga: Kompleks dokter RS Indonesia di Rakhine mulai dibangun
Baca juga: Wapres. Indonesia bangun RS Walubi dan Mer-C di Myanmar
Pewarta: Andi Jauhary
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019