Pengamat sektor kelautan dan perikanan Moh Abdi Suhufan menyatakan bahwa jangkauan Aplikasi Laut Nusantara yang bisa membantu nelayan untuk melaut perlu diperluas agar kerja sama itu betul-betul mengena ke nelayan hingga ke daerah terpelosok negeri ini."Belum bisa dikatakan efektif sebab masih skala uji coba dengan jangkauan nelayan yang masih sedikit. Perlu program yang skalanya lebih masif, murah, friendly dan tidak memberatkan nelayan. Apalagi jangkauannya terbatas dan masih blank spot. Kerja sa
"Belum bisa dikatakan efektif sebab masih skala uji coba dengan jangkauan nelayan yang masih sedikit. Perlu program yang skalanya lebih masif, murah, friendly dan tidak memberatkan nelayan. Apalagi jangkauannya terbatas dan masih blank spot. Kerja sama perlu diperluas dengan service provider lain," kata Moh Abdi Suhufan kepada Antara di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, sebenarnya yang paling penting saat ini terkait penyebaran aplikasi itu adalah melakukan pendataan armada kapal ikan skala kecil yang 96 persen dari total armada tangkap ikan saat ini.
Selain itu, Ketua Harian Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (Iskindo) itu juga menyatakan bahwa target pengguna juga mesti spesifik untuk kelompok nelayan dengan ukuran kapal berapa besar, dikaitkan dengan skala peta pada aplikasi.
Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama XL Axiata telah meluncurkan Aplikasi Laut Nusantara yang bermanfaat bagi nelayan untuk mengetahui wilayah tangkapan, informasi sebaran ikan di pelabuhan, hingga kondisi cuaca di laut.
"Indonesia memiliki kekayaan ikan di laut yang luar biasa dan ini membutuhkan teknologi yang bisa digunakan nelayan untuk mengoptimalkan tangkapan," kata Kepala Badan Riset Sumberdaya Manusia Kelautan dan Perikanan Syarief Widjaja.
Menurut Syarief, sebagai negara maritim yang luas dan memiliki potensi ikan tangkap laut yang melimpah sudah seharusnya nelayan memiliki kemampuan dan mengetahui keberadaan dan posisi ikan di laut.
Syarief berpendapat bahwa dengan aplikasi ini, ada transformasi budaya nelayan yang semula hanya menggunakan perindraan tapi menggunakan kecanggihan teknologi. "Nelayan Indonesia sebenarnya paham teknologi, jadi adanya aplikasi ini tidak akan menyulitkan mereka tapi justru memudahkan menangkap ikan," katanya.
Aplikasi Laut Nusantara bisa diunduh di Play Store secara gratis melalui smartphone Android dengan menggunakan operator layanan data.
Aplikasi itu bisa digunakan oleh nelayan saat melaut sejauh smartphone mereka masih bisa menangkap sinyal data dari operator. Berdasarkan ujicoba di sejumlah daerah, aplikasi masih bisa dibuka hingga jarak 10 mil dari pantai.
Aplikasi Laut Nusantara yang dibangun selama kurang lebih 5 bulan ini didukung basis informasi yang lengkap dan setiap saat. Sumber data sepenuhnya atas kerjasama dengan Balai Riset dan Observasi Laut (BROL).
Sebagai lembaga riset dan observasi kelautan di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan, BROL memiliki data kelautan yang sangat lengkap dan sangat berguna untuk pengembangan di bidang kelautan, termasuk manfaat praktis bagi nelayan kecil.
Data-data dari BROL juga terbaru dan berdasarkan riset dan observasi laut di seluruh wilayah nusantara. Semua informasi kelautan yang terdapat dalam Aplikasi Laut Nusantara ini didapat secara langsung dari stasiun bumi Balai Riset dan Observasi Laut, sehingga tidak diragukan keakuratannya.
Saat ini sudah ada 11 daerah dan 1.300 nelayan yang sudah menerima sosialisasi program Laut Nusantara. Ke-11 daerah tersebut adalah Perancak, Pandeglang, Lombok Tengah, Kenjeran, Situbondo, Indramayu, Greges, Pakutatan, Serang, Sendang Biru, dan Prigi.
Hingga Februari 2019 lalu, tidak kurang dari 10.000 nelayan telah memanfaatkan aplikasi ini. XL Axiata menargetkan, hingga akhir tahun akan ada sebanyak 15 ribu nelayan memanfaatkannya.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019