"Kalau saya lihat kemarin itu banyak juga menahan diri karena dihoaks, pencemaran nama baik, tetapi tidak diadukan atau apa. Mungkin, sudahlah kalau diadukan malah memperkeruh," katanya, di Jakarta, Rabu.
Hal tersebut diungkapkannya usai menggunakan hak pilihnya di daftar pemilih di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 38, Kelurahan Menteng, Kecamatan Menteng, Jakarta.
Kepada pihak-pihak yang mampu menahan diri meski menjadi korban hoaks dan pencemaran nama baik di medsos, sosok kelahiran Bogor, 3 Mei 1959 itu menyampaikan rasa terima kasihnya.
Padahal, kata dia, volume hoaks dan ujaran kebencian selama masa pemilu 2019 lebih tinggi dibandingkan pemilu 2014, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Jadi, ia sangat mengapresiasi pihak-pihak yang tidak melawan ujaran kebencian itu dengan melaporkan kepada penegak hukum, dan tidak juga melawannya dengan dengan menjelekkan yang lain.
Meski menurut dia, ada kemungkinan mereka yang merasa nama baiknya dicemarkan di dunia maya akan mengadukan kepada kepolisian yang dikenai Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
"Saya berharap nanti juga begitu. Orang pemilunya sudah lewat, pilpresnya sudah lewat, pilegnya sudah lewat. Jadi, saya apresiasi juga (pihak yang mampu menahan diri)," katanya.
Rudiantara mendatangi TPS dengan berjalan kaki, didampingi sang istri, Triana Rudiantara dan putranya, sekitar pukul 09.15 WIB.
Rudiantara terdaftar dalam daftar pemilih tetap (DPT) TPS 38 Menteng pada nomor 172, berurutan dengan istrinya pada nomor 171, dan putranya Mahesha Emerio pada nomor 173.
Seperti halnya pemilih lainnya, Menkominfo juga mengantre sampai dipanggil namanya sebelum mencoblos di tempat yang sudah disediakan.
Sembari mengantre, Rudiantara menyempatkan bercengkerama dengan masyarakat sekitar yang kemudian turut mengajaknya berfoto.
Pewarta: Zuhdiar Laeis, Joko Susilo
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019