• Beranda
  • Berita
  • Empat peneliti perempuan LIPI beri inspirasi "Kartini" Indonesia

Empat peneliti perempuan LIPI beri inspirasi "Kartini" Indonesia

18 April 2019 15:19 WIB
Empat peneliti perempuan LIPI beri inspirasi "Kartini" Indonesia
Tiga peneliti perempuan dari LIPI membagikan kisahnya dalam taklimat media yakni Athanasia Amanda Septevani (peneliti Pusat Penelitian Kimia LIPI), Intan Suci Nurhati (peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI), dan Kartika Dewi (peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI) di Jakarta, Jumat. (ANTARA/indriani) (ANTARA/indriani/)

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menghadirkan empat peneliti perempuan untuk menginspirasi “Kartini” Indonesia menjadi agen perubahan bagi dunia ilmu pengetahuan dan riset Tanah Air.

“Selain menjadi peringatan atas jasa R.A. Kartini, momentum Hari Kartini juga menegaskan kembali kiprah nyata peran perempuan masa kini dalam mengarusutamakan ilmu pengetahuan bagi masyarakat dan bangsa serta peran sebagai istri dan ibu,” kata Sekretaris Utama LIPI Nur Tri Aries Suestiningtyas dalam keterangan tertulisnya diterima di Jakarta, Kamis.

Nur menjelaskan LIPI memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi perempuan untuk berkarya dan berkontribusi bagi bangsa lewat ilmu pengetahuan.

Kegiatan diskusi publik bertema Kartini Indonesia dan Ilmu Pengetahuan sengaja menghadirkan empat peneliti dengan berbagai keilmuan. pertama Myrtha Karina Sancoyorini yang merupakan Profesor Riset yang juga peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih LIPI, mengkaji lignoselulosa untuk bahan yang ramah lingkungan, salah satunya bioplastik dari limbah fermentasi air kelapa.

“Dalam kondisi kering, nata yang merupakan fermentasi air kelapa bersifat sangat kaku sehingga sangat sesuai untuk plastik yang bersifat kaku. Untuk aplikasi yang memerlukan elastisitas tinggi dan transparan, nata dapat di rekayasa menggunakan modifier,” kata Myrtha.

Kedua, Djunijanti Peggie, peneliti sistematika kupu-kupu dari Pusat Penelitian Biologi LIPI yang mengajak masyarakat mengenali dunia kupu-kupu dalam perspektif yang berbeda.

“Kita dapat belajar berbagai hal dari kupu-kupu. Dari hal yang tidak mungkin dan tidak terbayangkan, dapat terjadi ternyata sungguh dialami oleh kupu-kupu,” kata Peggie yang merupakan doktor kupu-kupu pertama di Indonesia lulusan perguruan tinggi luar negeri, tepatnya Cornell University, Amerika Serikat.

Ketiga, peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Sri Yudawati Cahyarini yang mengingatkan tentang perubahan iklim melalui bidang paleoclimate.

“Paleoclimate penting untuk semakin memahami fenomena iklim melalui pengetahuan kondisi iklim di masa lampau lewat data parameter iklim dalam waktu yang panjang yang tidak terjangkau oleh data pengukuran,” ujar Yudawati.

Untuk mendapatkan data-data tersebut, katanya, dirinya melakukan penelitian arsip-arsip iklim seperti koral, sedimen laut dan danau.

Keempat adalah Anne Kusumawaty, ilustrator botani dari Herbarium Bogoriense Pusat Penelitian Biologi LIPI. Anne mengatakan ilustrasi botani memegang peran penting untuk menjelaskan tentang spesifikasi botani.

“Ilustrasi adalah bagian dari Botani yang sangat penting seiring perkembangan ilmu pengetahuan untuk mengungkap karakter tumbuhan yag di perlukan”, jelas Anne yang karyanya baru-baru ini dipamerkan dalam ajang Margaret Flockton Award Exhibition 2019 yang diselenggarakan oleh The Royal Botanic Garden Sydney, Australia.

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019