Apple, diberitakan Reuters, akan membuka lab "Material Recovery" untuk melihat teknik baru robot Daisy dan machine learning untuk membelah perangkat dan mengambil material berharga seperti tembaga, aluminium dan kobalt. Robot Daisy dapat membedah sekitar 1,2 juta iPhone per tahun.
Laboratorium ini merupakan inisiatif Apple untuk mengembangkan produk merek dari material daur ulang atau energi terbarukan. Beberapa produk Apple, seperti MacBook Air, dibuat dari aluminium yang diambil dari iPhone yang dijual kembali ke Apple.
"Saya yakin pembelajaran di lab tersebut akan tersedia untuk seluruh Apple, seluruh sektor kami. Dan juga saya hara[ dapat mempengaruhi peranncang dan teknisi," kata Wakil Direktur Apple untuk lingkungan, kebijakan dan inisiatif sosial, Lisa Jackson.
Apple selama ini dikritik karena produk mereka yang tipis dan ringan justru membuatnya sulit untuk dibongkar dan didaur ulang. CEO iFixit, Kyle Wiens,yang memberikan instruksi perbaikan gratis untuk perangkat elektronik, menyatakan Apple layak mendapat pujian karena iPhone masih bisa didaur ulang.
Sayangnya, menurut dia, produk terkenal Apple lainnya seperti earphone AirPods tidak bisa didaur ulang karena tertempel lem.
Jackson membantah anggapan tersebut, menurut dia produk-produk Apple yang berukuran kecil menggunakan material lebih sedikit dan dirancang tahan lama.
"Ketahanan adalah hal penting. Kami tahu produk kami digunakan dalam jangka waktu yang lama," kata dia.
Salah satu pekerjaan robot Daisy adalah menemukan material dalam perangkat bekas agar dapat digunakan di produk baru. Salah satu contoh, Daisy akan mengambil baterai iPhone dan mengirimnya ke pendaur ulang sehingga kobal dari baterai dapat digunakan di baterai baru Apple.
Wiens mengapresiasi langkah tersebut karena, menurut dia, penambangan kobal mengerikan sehingga mengurangi konsumsi kobalt merupakan langkah yang baik.
Baca juga: Jelang Hari Bumi, Apple memulai debut robot daur ulang Daisy
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019