"Kepastian mengikuti pameran seni rupa anak tersebut diperoleh KhaChiFA melalui surat resmi Kepala Galeri Nasional Indonesia Puspanto yang diterima beberapa hari lalu," kata Agus Fitriyono Winoto, guru dari Sanggar KhaChiFA Pontianak, saat dihubungi di Pontianak, Sabtu.
Agus mengatakan, dua anak yang lolos seleksi peserta pameran tersebut, masing-masing bernama Nelsen Chen (12) dan Estrella Jovelyn Henevree (8). Keduanya sejak dini telah menjadi anggota sanggar KhaChiFA dengan berbagai kegiatan yang pernah diikuti pula.
Keduanya berhasil lolos seleksi peserta pameran yang diadakan pada 11-12 April melalui sidang tim kurator pameran "MAIN" Festival seni rupa anak Indonesia, di Jakarta. Ada 376 karya yang diseleksi dari 297 calon peserta yang berasal dari 22 provinsi di Indonesia.
"Dari hasil seleksi itulah, kedua anak sanggar ini ditetapkan sebagai peserta pameran," kata Agus lagi.
Karya Nelsen Chen yang berhasil lolos seleksi berjudul "Putih di atas hitam", dengan media/teknik woll di atas papan paku. Ukuran 9 panel 35x35 centimeter, dan dibuat tahun 2019.
Adapun deskripsi karya, Nelsen menyatakan, secara hitam di atas putih, dunia kita, dunia anak-anak adalah masa paling membahagiakan. Kata orang tuaku, dulu, bermain artinya berada di luar rumah bersama teman. Namun, sekarang bermain cukup berada di kamar masing-masing dengan online game. Dunia kita sekarang seperti putih di atas hitam, yang semua serba kebalikan dari masa lalu.
Karya kali ini mengeksplorasi kekayaan budaya Indonesia dengan media yang unik yaitu benang woll pada papan paku dan menghasilkan karya yang unik.
Pameran "Main" merupakan pengalaman pameran ke tiganya. Sebelumnya, Nelsen bersama teman-teman di Sanggar KhaChiFA berpameran pada ulang tahun KhaChiFA ke 10 di Pontianak tahun 2016 dan pameran di Jazz Festival Kuching, Malaysia, serta art coaching atas kerja sama sanggar KhaChiFA dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2017. Selain itu ia juga berhasil menjadi Juara III pada International Poster Contest Ocean Pals 2018.
Hobi pelajar kelas 6 SD itu bukan hanya melukis, namun ia juga senang bermain basket. Ia menjadi juara I Basket Usia Dini Budi Cup dua kali berturut-turut pada tahun 2018 dan 2019. Ia juga mendapatkan beasiswa karena prestasi basket tersebut.
Sementara Estrella Jovelyn Henevree, karyanya yang berhasil lolos berjudul "My Story". Medium/teknik "Mix media on board". Ukuran 6 panel 40x35 centimeter dan dibuat tahun 2019.
Adapun deskripsi karyanya, menurut Jovelyn, "mama dan papaku selalu bercerita saat aku akan tidur. Ada cerita tentang persahabatan, permainan, pengetahuan, pengalaman, bahkan petualangan. Semua cerita itu selalu memberikan pesan moral bagi diriku. Cerita-cerita itu membawaku ke dalam dunia mimpi yang penuh dengan kebahagiaan maupun kesedihan. Kata mama, kebahagiaan adalah alasan untuk bersyukur.
"Kata papa, kesedihan adalah alasan untuk berbagi. Kata mereka, cerita adalah rangkaian pengalaman hidup. Jadi, saya pun mulai membuat cerita. Saya membagikannya agar orang lain dapat ikut merasakan apa yang kurasakan. Semoga dengan cerita-cerita ini saya dapat mengajak teman-teman untuk berbagi petualangan dalam dunia masa kecil yang penuh dengan warna."
Saat ini Jovelyn masih duduk di bangku kelas 3 SD. Ia belajar seni rupa karena menyenangkan dan seru. Karya gadis kecil yang memiliki hobi menonton dan menggambar ini, adalah simbol keceriaan sesuai dengan usianya yang suka bercerita dengan teman-teman dan orang tuanya.
Kali ini ia membuat karya dari campuran berbagai media. Karena di Sanggar KhaChiFA, ia belajar semua media mulai dari krayon, pensil warna, cat, benda-benda tiga dimensi dan lain-lain dalam berbagai media. Banyak yang sudah dipelajari di Sanggar KhaChiFA ia tuangkan dalam karyanya kali ini.
Ini adalah pengalaman pameran pertamanya yang tentu saja membawa suka cita tersendiri. Namun, ia juga merasa sedih karena teman-teman yang bersama-sama belajar dan mengikuti seleksi dari sanggar, tidak semua terpilih dan lolos.
Menurut Agus Fitriyono, KhaChiFA mengirimkan karya 16 anak sanggar untuk ikut seleksi tersebut dengan masing-masing berbeda konsep dan media yang digunakan. Mulai dari lukis kanvas, instalasi, sampai mix media 2 dimensi dan 3 dimensi.
Kalbar yang memiliki tradisi budaya yang kuat merupakan provinsi yang paling banyak lolos seleksi.
"Saat ini kedua anak sanggar yang lolos seleksi sedang menyiapkan diri untuk ikut pameran itu dan akan mengirimkan karyanya ke panitia pameran. "Diberikan waktu untuk mengirim karya dari tanggal 1 Juli hingga 10 Juli mendatang," katanya.
Semoga dari bumi Kalbar lahir perupa nasional yang berbicara di tingkat dunia untuk mengenalkan seni dalam perspektif Indonesia.*
Pewarta: Nurul Hayat
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019