"Paskah mengaktifkan tindakan melayani sesama tanpa memandang suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)," kata Mery Kolimon dalam Surat Gembala Sinode GMIT menyambut Perayaan Minggu Sengsara dan Paskah Tahun 2019 yang diterima Antara di Kupang, Minggu (21/4).
Ia mengatakan, umat Kristiani perlu belajar dari cerita perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati, bahwa melayani sesama merupakan tindakan kasih yang melintasi batas SARA, maupun pilihan politik dan lain-lain.
"Tindakan kasih tidak menuntut imbalan karena orientasi utama adalah penyembuhan sesama yang menderita, pemulihan kehidupan para korban yang tidak berdaya," ujarnya.
Ia mengatakan, kebangkitan Kristus memberikan sukacita karena memulihkan kemanusiaan, mengaktifkan relasi kehidupan, menggerakkan pelayanan, dan kerja sama untuk kebaikan.
Untuk itu, Paskah meski dirayakan dengan suka cita sebagai bentuk syukur. Walau demikian, lanjutnya, umat yang merayakannya perlu menghindari ekspresi suka cita yang dangkal, sekedar hura-hura, dan pemborosan sumber daya.
"Kiranya perayaan Paskah kali ini membuat kita semakin berdiri teguh dan terus melayani sesama. Selamat merayakan massa raya kesengsaraan Kristus dan merayakan Paskah," demikian Pendeta Mery Kolimon.
Dalam rangkaian perayaan menyambut Paskah, GMIT juga menggelar proses akbar jalan salib pada Jumat (19/42019) untuk mengenang kisah sengsara Yesus Kristus hingga wafat di kayu salib.
Prosesi ini melibatkan ratusan pemuda GMIT serta umat muslim yang terlibat menjaga keamanan dan kelancaran kegiatan yang dibagi dalam dua segmen yaitu proses laut dan proses darat.
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019