• Beranda
  • Berita
  • Sebagai kota kerajinan dunia, Gianyar dinilai mampu angkat wisata Bali

Sebagai kota kerajinan dunia, Gianyar dinilai mampu angkat wisata Bali

22 April 2019 16:11 WIB
Sebagai kota kerajinan dunia, Gianyar dinilai mampu angkat wisata Bali
Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, memberikan sambutan pada acara penyerahan penghargaan kabupaten Gianyar sebagai kota kerajinan dunia di Bali Safari dan Marine Park, di Gianyar, Senin (22/4/2019). (ANTARA/Adi Lazuardi)

Kabupaten Gianyar dan khususnya Ubud yang telah menyandang sebagai kota kerajinan dunia, dinilai dapat meningkatkan pariwisata Bali sebagai destinasi wisata global.

“Pariwisata adalah lokomotif ekonomi Bali berkat keindahan alamnya dan seni budaya serta keramahtamahan masyarakatnya. Kini dengan predikat Gianyar sebagai kota kerajinan dunia maka akan meningkatkan Bali sebagai destinasi wisata dunia, khususnya Ubud di Gianyar,” kata Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, di Gianyar, Senin.

Cok Ace, panggilan akrab Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, mengatakan hal itu dalam sambutannya pada acara penyerahan predikat dan penghargaan kabupaten Gianyar sebagai kota kerajinan dunia pertama di Indonesia yang dilakukan di Bali Agung Theatre Show- Bali Safari & Marine Park. Ia mewakili Gubernur Bali I Wayan Koster yang sedang ke Jakarta karena dipanggil Presiden Joko Widodo.

Tahun 2018, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali mencapai 6 juta orang, sedangkan jumlah kunjungan wisatawan nusantara mencapai 10 juta orang. “Kabupaten Gianyar sendiri, jumlah kunjungan turis asingnya tahun 2018 mencapai 2,75 juta orang, kata Cok Ace, yang juga mantan Bupati Gianyar.

Kabupaten Gianyar memang pusat seni dan adat istiadat budaya Bali, memiliki memiliki industri kerajinan terpanjang di dunia mulai dari Desa Batubulan, Desa Celuk, Pasar Sukawati, Desa Mas, Desa Teges, Peliatan hingga Desa Tegallalang. Hal ini menambah daya tarik Bali sebagai destinasi wisata dunia, katanya.

Penyerahan predikat dan penghargaan sebagai kota kerajinan dunia kepada kabupaten Gianyar diserahkan oleh President World Craft Council Asia Facific Region, Ghada Hiijawi Quddumi dan Ketua Umum Dekranas Mufidah Jusuf Kalla, menyerahkan Sertifikat World Craft City (WCC) kepada Kabupaten Gianyar diterima Wakil Bupati Gianyar, A.A Gde Mayun didampingi Ketua Dekranasda Provinsi Bali, Putri Suastini Koster serta Ketua Dekranasda Kabupaten Gianyar, Ida Ayu Surya Adnyani Mahayastra

Dalam acara itu juga diserahkan sertifikat Hak Kekayaan Intelektual Indikasi Geografis ( HKI- IG ) kerajinan Perak Celuk oleh Kementerian Hukum dan HAM, yang diterima Kepala Desa Celuk, Nyoman Rupadana didampingi Ketua Celuk Desain Center, I Made Megayasa.

Wakil Bupati Gianyar Agung Mayun mengatakan penobatan Gianyar sebagai World Craft City atau Kota Kerajinan Dunia adalah yang pertama di Indonesia setelah Yogyakarta ditetapkan sebagai Kota Batik Dunia tahun 2014 lalu.

“Pengakuan ini, tak terlepas dari aktivitas masyarakat Gianyar yang sebagian besar bergelut di bidang seni dan kerajinan sehingga dijuluki Bumi Seni. Predikat Bumi Seni yang disandang Gianyar, tak terlepas dari banyaknya karya seni yang monumental lahir di Gianyar. Hal ini juga didukung, semakin berkembangnya berbagai bentuk dan jenis karya seni yang didukung oleh seniman-seniman muda yang kreatif dan inovatif,” tambah Wabup Gianyar

“Industri kerajinan di Gianyar merupakan salah satu usaha industri yang berlandaskan pada kreativitas seni para seniman Gianyar, dikerjakan secara manual, dan merupakan hasil cipta rasa dan karya tangan-tangan terampil perajin Gianyar,” kata Wabup Agung Mayun.

Sampai dengan akhir tahun 2018, jumlah industri kerajinan di Kabupaten Gianyar sebanyak 36.890 unit, mampu menampung tenaga kerja sebanyak 81.946 orang, hampir semua jenis industri kerajinan ada di Gianyar. Yang dominan seperti kerajinan kayu, emas atau perak, tenun atau endek, bambu, pangan, dan kulit, ungkap Agung Mayun.

Baca juga: Gianyar jadi kota kerajinan dunia

Pewarta: Adi Lazuardi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019