"Kami saat ini makin sedikit SDM yang tersedia, hanya ada 21 orang pegawai, tahun ini ada lima orang yang akan pensiun jadi akan tersisa 16 orang saja yang mengelola museum," kata Kepala Museum Siwalima Jean Esther Saiya di Ambon, Selasa.
Ia mengatakan kurangnya tenaga SDM menyebabkan pihaknya sedikit kesulitan untuk mengelola berbagai kegiatan di museum sekaligus, baik untuk mengurus pameran rutin, merawat koleksi yang ada dan mengurus perawatan serta perbaikan ruang pameran yang terdiri dari beberapa bangunan terpisah.
Karena itu, Jean berharap bisa segera ada penambahan tenaga teknis untuk bekerja di Museum Siwalima, dalam hal ini kebijakannya berada di bawah kewenangan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Maluku.
"Dengan SDM yang sedikit begini kami memang harus bekerja ekstra. Selain penataan ruang pameran, pekerjaan seperti perawatan dan perbaikan fasilitas yang rusak juga dilakukan sendiri oleh teman-teman di museum walaupun itu bukan bidang mereka," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, jumlah koleksi di Museum Siwalima, baik sejarah, budaya, etnografi dan kelautan sudah mencapai angka ribuan. Tiap objek koleksi memiliki usia yang berbeda-beda, sebagian di antaranya bahkan tidak bisa dipegang lagi karena akan hancur.
Rata-rata koleksi yang ada merupakan hibah dan sumbangan dari berbagai pihak, baik masyarakat sipil maupun institusi lainnya, salah satunya adalah Pusat Penelitian Laut Dalam - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2LD-LIPI) yang menyumbangkan seekor hiu yang diawetkan di dalam akuarium.
"Penanganan benda-benda bersejarah harus hati-hati karena sebagian ada yang usianya sudah sangat tua. Karena gedung ruang pameran tetap satu yang biasa digunakan untuk memamerkan koleksi sejarah dan budaya sedang rusak, sebagian koleksi kami pamerkan di gedung ruang pameran Sasadu," ucap Jean.
Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Suriani Mappong
Copyright © ANTARA 2019