"Sebab polyester, 200 tahun pun belum tentu bisa dicerna oleh bumi," kata perepuan pemilik label pakaian Purana Indonesia di Jakarta, Selasa.
Nonita mengatakan dirinya berupaya membuat produk fesyen yang berkesinambungan dengan memilih bahan-bahan organik seperti katun, linen dan sutera.
Selain itu, limbah-limbah dari produk fesyennya sedapat mungkin didaur ulang dan digunakan kembali untuk membuat produk lain, seperti dibuat jadi tas atau dijadikan aksen dan motif di pakaian.
Untuk pewaranaan pun Nonita menggunakan pewarna alami yang lebih ramah lingkugnan, dia mengatakan air dari pewarna alami masih dapat digunakan untuk menyiram tanaman.
Nonita berpendapat mendukung fesyen bekelanjutan memang membutuhkan investasi yang mahal dibandingkan membeli produk-produk fast fashion.
Membeli busana berkelanjutan menurut Nonita seperti membeli karya seni, produk tersebut masih mempunyai nilai dan mempunyai umur panjang.
Industri fesyen, terutama fast fashion telah menjadi salah satu industri terkotor di bumi dengan menyumbang limbah kain dalam jumlah besar.
Belum lagi perwarna sintetis yang digunakan sangat berpotensi mencemari tanah dan air, apalagi produk-produk fast fashion biasanya tidak memiliki umur panjang.
Nonita juga mengatakan fast fashion yang menawarkan produk-produk berharga murah telah memanjakan konsumen dan mendorong kita untuk bersikap konsumtif.
Untuk itu perlu kesadaran dari konsumen tentang apa yang mereka gunakan.
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019