"Kami pingin network ini berjalan, bahkan obsesi kami tahun depan lebih luas lagi antarbenua, tetapi dengan perwakilan, sehingga bisa worldwide range, bukan cuma regional, juga global," ujar Suhardi Alius, ditemui usai pelantikan Duta Damai Dunia Maya Asia Tenggara, di Jakarta, Rabu.
Sejak 2016 hingga 2018, BNPT telah menyelenggarakan pelatihan duta damai di dunia maya dengan mengajak, merekrut dan membentuk komunitas anak muda pegiat dunia maya asal Indonesia agar terlibat aktif menangkal ideologi radikal dan terorisme.
Hingga kini telah terbentuk di 13 provinsi dengan total jumlah 780 anak muda yang terus berkontribusi memproduksi konten-konten perdamaian dan melakukan aksi nyata perdamaian di daerah masing-masing.
Baru pada 2019 duta damai diperluas hingga kawasan Asia Tenggara, karena BNPT menyadari sifat dunia maya melampaui batas teritorial negara serta urgensi menjaga perdamaian di kawasan dan global.
"Perluasan jejaring anak muda akan mampu menjadi kekuatan besar untuk saat ini dan di masa depan guna menjaga perdamaian di dalam negeri masing-masing dan secara global," ujar Suhardi Alius.
Alasan keinginan ekspansi yang ambisius itu disebutnya, karena selain benih radikalisme tumbuh dimana saja tanpa batas, penghuni terbesar dunia maya adalah anak muda.
Berdasar data dari survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2017,rentang usia 19-34 tahun menjadi kontributor utama dengan persentase 49,52 persen, 35-54 tahun 29,55 persen, 13-18 tahun 16,68, dan lebih dari 54 tahun hanya 4,24 persen.
"Ingat emosi generasi muda masih labil, tetapi keingintahuannya di dunia internet masif. Apa yang ada dalam dunia maya bukan hanya positif, negatif pun banyak sekali," ujar Suhardi Alius.
Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019