Aksi Cepat Tanggap (ACT) berencana mengangkat potensi Pulau Salah Nama di Perairan Sungai Musi, Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan untuk mengangkat kesejahteraan masyarakatnya.Pulau Salah Nama termasuk wilayah terisolasi yang dihuni oleh 88 kepala keluarga sejak tahun 1970-an
Kepala ACT Sumsel Ardiansyah di Palembang, Kamis, mengatakan Pulau Salah Nama termasuk wilayah terisolasi yang dihuni oleh 88 kepala keluarga sejak tahun 1970-an.
"Kami ingin Pulau Salah Nama menjadi destinasi wisata baru agar ekonomi rakyatnya terangkat, mungkin akan ada semacam kafe atau tempat ngopi yang setiap pekan kami adakan kegiatan di sana," ujar Ardiansyah.
Menurutnya sebagian besar masyarakat Pulau Salah Nama bekerja sebagai nelayan dan petani yang berasal dari wilayah Pemulutan, di mana tidak ada fasilitas pendidikan serta kesehatan di pulau tersebut.
Masyarakat, katanya, harus menyeberang ke Kecamatan Meranti untuk bersekolah, berobat dan berbelanja kebutuhan sehari-hari menggunakan perahu, beruntungnya akses listrik sudah tersedia dari PLN meski akses jaringan komunikasi belum maksimal.
Pulau Salah Nama dapat ditempuh melalui jalur darat selama satu jam kemudian menyebrang pakai perahu tradisional, atau bisa juga langsung ditempuh dari Palembang menggunakan kapal cepat lewat Sungai Musi karena letak pulau tidak terlalu jauh dari Pulau Kemaro.
"Kami memperkirakan butuh Rp4 miliar untuk menata pulau tersebut agar bisa dibuka sebagai destinasi wisata yang pro ekonomi masyarakat setempat," kata Ardiansyah.
Sebelumnya ACT Sumsel telah mengunjungi Pulau Salah Nama saat menyalurkan bantuan paket hewan kurban, di mana warga setempat cukup terbuka dan sudah setuju ide ACT Sumsel mengangkat potensi pulau tersebut.
Ardiansyah juga mengajak pemerintah daerah maupun pemangku kepentingan terkait agar bersama-sama mengangkat potensi Pulau Salah Nama dengan bermuara pada kesejahteraan warga setempat.
Baca juga: Pulau Maspari destinasi wisata baru unggulan Sumsel
Baca juga: Pulau Enggano kembali diteliti tim Balai Arkeologi Sumsel
Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019