Di Asia Tenggara, cuma Indonesia yang mengoperasikan kedua sistem persenjataan ini untuk kepentingan pasukan pendarat, yaitu Korps Marinir TNI AL. Barat memasukkan kendaraan perang ini sebagai amphibious infantry fighting vehicle dan prototipe APC BT-3F diungkap kepada publik pertama kali pada September 2010 oleh BUMN Rusia, Concern Tractor Plants (KTZ).
"Kontrak penyediaan BT-3F untuk Indonesia ini adalah kontrak pertama ekspor Rusia tentang sistem ini sepanjang sejarah. Rancangannya mencerminkan keperluan mitra sebagaimana yang telah mereka alami selama memakai BMP-3F yang telah dikirimkan sebelumnya. Indonesia sangat selektif dalam melengkapi armada perangnya dan kontrak ini penanda yang sangat penting dalam hal kualitas tertinggi persenjataan Rusia dan keunggulannya dari kompetitor," kata Direktur Jenderal Rosoboronexport, Jenderal Alexander Mikheev.
Keterangan pers Rostec dari Moskow yang diterima di Jakarta, Jumat, menyatakan, kendaraan angkut personel amfibi (APC) BT-3F dikembangkan dari BMP-3F yang telah dipergunakan banyak pasukan marinir dunia, sebagaimana penjaga pantai dan matra darat angkatan perang. Semua tipe peralatan perang ini memberi dukungan tembakan bagi pasukan darat dan pendarat dalam berbagai operasi perang.
Pada sisi lain, pejabat di lingkungan Kementerian Pertahanan juga mengonfirmasi hal ini, bahwa kontrak pengadaan itu sudah dilaksanakan.
BT-3F mampu membawa 17 personel bersenjata lengkap termasuk personel pengawak. Kompartemen kendali menampung pengendara, penanggung jawab pendaratan, dan asisten komandan misi, yang diposisikan di sisi kiri dan kanan, dan mereka semua bisa mengoperasikan senapan mesin masing-masing.
APC BT-3F dilengkapi kursi lipat berkemampuan menyerap guncangan, yang sangat mengurangi guncangan di tulang punggung personel saat APC ini terkena ranjau darat berkekuatan besar ataupun saat dia menjelajahi medan yang ekstrem. Kursi ini dilengkapi sabuk pengaman lima titik. Sebagai tambahan, APC BT-3F ini dilengkapi kompresor penyejuk udara yang sangat vital bagi operator di iklim tropis basah sebagaimana halnya Indonesia.
Bagian atap APC BT-3F mengakomodasi dua modul tempur stabil kendali jarak jauh dengan senapan mesin kaliber 12,7 milimeter. Untuk keperluan memantau keadaan lingkungan dan pembidikan, modul perang ini dilengkapi piranti pencitraan tele thermal dengan penduga jarak berbasis laser. Modul ini juga dilengkapi sistem diagnostik terpasang dan penghitung jumlah amunisi dengan indikasi tambahan jika sudah kehabisan peluru.
Pengoperasian APC BT-3F dan tank amfibi BMP-3/BMP-3F mampu mengurangi secara signifikan anggaran operasi dan pelatihan, menyederhanakan sistem suplai suku cadang dan sangat memungkinkan mereka saling mendukung dalam operasi tempur sebenarnya.
"Indonesia adalah salah satu mitra kunci Rostec di Asia Tenggara. Indonesia menuntaskan proyek ini, baik pada aspek militer dan kerja sama teknis dan juga produk sipil dan transfer teknologi melalui perusahaan negara. Sebagai contoh, Rostec juga mengekspor berbagai peralatan medis, yang dilakukan anak perusahaan KAMAZ. Kami melihat ada potensi kerja sama yang besar," kata CEO Rostec, Sergey Chemezov.
Kerja sama tentang produk dan sistem militer antara Indonesia dan Uni Soviet (kemudian menjadi Rusia) telah terjalin sejak 1958. Intensifikasi ikatan pada aspek militer dan teknis antara Jakarta dan Moskow terjadi pada 1990-awal 2000. Secara umum, sejak November 1992, nilai total belanja produk dan sistem persenjataan Rusia oleh Indonesia lebih dari 2,5 miliar dolar Amerika Serikat.
Di antara mereka adalah APC BTR-80A, tank amfibi BMP-3F, senapan serbu Kalashnikov seri ke-100, pesawat tempur Sukhoi Su-27/30 Flanker, helikopter Mil Mi-35 dan Mi-17, dan lain-lain.
Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019