Dengan melibatkan milenial dalam mengampayekan perdamaian, kata Iwan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu, maka sekaligus mencegah mereka terpengaruh hal-hal negatif seperti propaganda radikal terorisme maupun ujaran kebencian terutama yang disebarkan melalui dunia maya.
"Mayoritas mereka adalah pengguna siber, dan di siber itu semua konten pasti akan masuk. Kalau mereka tidak dibekali pemahaman yang cukup seperti toleransi, wawasan kebangsaan dan hal-hal yang berhubungan dengan budaya kita, tentu nasionalismenya akan tergerus oleh hal-hal yang negatif," ujarnya.
Iwan yakin anak-anak muda milenial mau dan mampu menjadi agen perdamaian. Persoalannya adalah kurangnya dukungan kepada mereka.
Ia menilai pelibatan milenial sebagai duta damai dunia maya oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang kini mulai melibatkan milenial dari negara ASEAN perlu didukung dan dicontoh terutama oleh kementerian dan lembaga di lingkup pemerintah, serta kalangan swasta.
"Jika nantinya semua pihak bisa menggandeng generasi muda maka lama-lama penggerak perdamaian di dunia maya itu akan menjadi banyak dan akhirnya bisa mengampanyekan hal tersebut melalui dunia maya secara masif," kata Iwan.
Kalau itu terjadi, lanjut Iwan, Indonesia akan menjadi pelopor penggerak kaum milenial sebagai agen perdamaian.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019