Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin menargetkan peluncuran satelit langsung dari wilayah Indonesia pada 2040.Biak menjadi posisi yang sangat strategis di ekuator jadi itu mimpi keantariksaan Indonesia
"Gambarannya kami ingin dalam 25 tahun ke depan, pada 2040 kita sudah bisa membuat satelit sendiri, saat ini sudah tapi masih ukuran kecil, kemudian nanti bisa meluncurkan satelit tersebut dengan menggunakan wahana antariksa sendiri," kata Thomas kepada wartawan di sela-sela Sarasehan 50 Tahun Planetarium dan Observatorium Jakarta di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu.
Thomas mengatakan peluncuran satelit dari bumi Indonesia merupakan salah satu visi keantariksaan Indonesia bahwa pada 25 tahun ke depan ingin menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi penerbangan antariksa bisa memajukan Indonesia.
Dia mengatakan Lapan sudah bisa menciptakan tiga satelit dengan bobot sekitar 120 kilogram, yakni Lapan A1, Lapan A2 dan Lapan A3. Pada peluncuran satelit saat ini masih menggunakan wahana asing dari India.
"Kami ingin juga mempunyai tempat peluncuran roket dan satelit di bumi Indonesia sendiri dan itu di Biak dan itu menjadi posisi yang sangat strategis di ekuator jadi itu mimpi keantariksaan Indonesia," ujarnya.
Saat ini, Lapan sedang menyiapkan satelit yang keempat dan kelima, yakni Lapan A4 dan Lapan A5. Setelah pembuatan Lapan A4 dan Lapan A5, pihaknya akan lanjut memasuki pembuatan satelit operasional, yaitu satelit komunikasi orbit rendah dengan konstelasi sekitar sembilan satelit, dengan bobot bisa mencapai 150 kilogram.
"Lapan sudah mampu (membuat satelit) dan itu nanti bekerja sama dengan industri sehingga kita nanti memulai pengembangan industri keantariksaan dengan memproduksi satelit-satelit yang kita butuhkan," tuturnya.
Lapan juga berencana untuk membangun stasiun bumi penjejak satelit baru di Biak, Papua.
Baca juga: Indonesia tawarkan investasi pembangunan peluncuran satelit di Biak
Baca juga: LAPAN bahas pembangunan stasiun peluncuran satelit
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019