Dahulu kita mengekspor mineral tambang, seperti nickle ore. Tetapi saat ini kita sudah proses menjadi nickel pig iron (NPI). Ini sudah berkali lipat nilai tambahnya, dari sekitar 30 dolar AS per metrik ton, menjadi 1300-1400 dolar AS.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Haris Munandar menegaskan bahwa Kemenperin tetap konsisten mendorong pelaksanaan kebijakan hilirisasi industri sebagai langkah strategis meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri yang diyakini mampu memberikan efek berantai yang luas bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
“Prinsip dari hilirisasi adalah meningkatkan nilai tambah. Dahulu kita mengekspor mineral tambang, seperti nickle ore. Tetapi saat ini kita sudah proses menjadi nickel pig iron (NPI). Ini sudah berkali lipat nilai tambahnya, dari sekitar 30 dolar AS per metrik ton, menjadi 1300-1400 dolar AS,” kata Haris lewat keterangannya di Jakarta, Senin.
Terlebih, tambahnya, sekarang nickel pig iron sudah ditingkatkan lagi menjadi stainless steel. Misalnya di kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah, salah satu pusat pengembangan smelter nikel ini telah memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian daerah setempat dan nasional.
Dari kawasan tersebut, nilai investasi sudah menembus 5 miliar dolar AS, ekspornya mencapai 4 miliar dolar AS, dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 30 ribu orang hingga tahun 2018.
“Jadi, yang namanya produk tambang atau galian nonlogam, itu juga kita pacu hilirisasinya. Dahulu kita ekspor bauksit dan impor alumina untuk menjadikan aluminium. Tetapi sekarang kita sudah punya pabrik untuk mengolah bauksit menjadi alumina,” imbuhnya.
Sehingga, industri aluminium bisa menggunakan bahan baku yang diproduksi sendiri, di mana hal ini sebagai contoh dari dampak hilirisasi.
Selain itu, program hilirisasi di sektor agro seperti industri minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO), memberikan rasio ekspor produk hilir di industri CPO sebesar 80 persen dibandingkan produk hulu.
“Kita sudah melakukan diversifikasi produk CPO, sehingga produk turunan CPO kita sudah banyak hingga lebih dari 100 produk, sampai misalnya kepada produk biodiesel,” ujar Haris.
Oleh karenanya, melalui hilirisasi, industri manufaktur juga memberikan sumbangsih terbesar bagi nilai ekspor nasional.
“Tahun lalu, kontribusi ekspor produk manufaktur mencapai 72,28 persen dari total ekspor nasional,” tuturnya.
Nilai ekspor industri pengolahan nonmigas sepanjang tahun 2018 mampu menembus 130,74 miliar dolar AS atau naik dibanding tahun 2017 sebesar 125,10 miliar dolar AS.
“Produk ungggulan ekspor kita, di antaranya makanan dan minuman, pakaian dan alas kaki, hingga kendaraan roda dua dan empat. Bahkan, salah satu perusahan farmasi kita sudah menjadi tiga besar di pasar Inggris dan mulai ekspansi ke negara Eropa lainnya,” paparnya.
Untuk itu, guna memacu produktivitas industri di dalam negeri, Kemenperin terus berupaya menjaga ketersediaan bahan baku dan bahan penolong sebagai kebutuhan proses produksi di sektor manufaktur.
Baca juga: Kemenperin pacu industri hilirisasi batubara
Baca juga: Berefek luas bagi perekonomian, Menperin apresiasi hilirisasi produk kopi
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019