Aktivitas gelombang atmosfer Madden Julian Ocillation (MJO) fase basah menyebabkan potensi peningkatan curah hujan di sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk di Jawa Timur, menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).waspada dan berhati-hati terhadap dampak lanjutan seperti banjir, tanah longsor, angin kencang
Kasi Data dan Informasi BMKG Juanda Teguh Tri Susanto di Sidoarjo, Senin mengatakan, MJO itu merupakan gelombang atmosfer di wilayah tropis yang tumbuh dan berkembang di Samudera Hindia.
"Kondisi ini akibat dari interaksi atmosfer dan lautan secara global dengan periode 30 hingga 90 hari dan bergerak merambat ke arah Timur," katanya.
Ia mengatakan, saat ini fenomena tersebut berperan dalam peningkatan massa udara basah, di sebagian wilayah Indonesia, termasuk Jawa Timur.
"Selain itu, terdapat pusaran angin yang berada di Utara Jawa," katanya.
Fenomena-fenomena tersebut, kata dia, memperkuat potensi terbentuknya awal Cumulonimbus yang menyebabkan terjadinya hujan-hujan dengan intensitas deras dan juga angin kencang sesaat.
"Serta terjadinya peningkatan intensitas semburan petir di Wilayah Jawa Timur," katanya.
Ia mengatakan, kondisi peningkatan hujan yang terjadi di sejumlah wilayah Jatim ini diperkirakan akan terjadi hingga sepekan ke depan.
"Kami mengimbau kepada masyarakat Jatim supaya selalu waspada dan berhati-hati terhadap dampak lanjutan seperti banjir, tanah longsor, angin kencang dan pohon tumbang," katanya.
Sebelumnya, di sebagian wilayah Pasuruan Jawa Timur, terendam banjir dengan ketinggian bervariasi antara 30 centimeter sampai dengan 150 centimeter.
Bahkan, banjir yang melanda wilayah tersebut sempat menutup jalur pantura, tepatnya di wilayah Kraton, Pasuruan.
Baca juga: 11 wilayah Pasuruan terendam banjir
Baca juga: Korban meninggal banjir longsor Bengkulu disebut BNPB 29 orang
Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019