Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian (Kementan) mendapatkan royalti sebesar Rp5 miliar dari hasil penjualan benih hibrida bawang merah atau stek sunpatient yang diekspor sejak 2016."Kami menyampaikan apresiasi kepada SSC yang memberikan royalti dan pelatihan pengembangan varietas baru kepada para breeder kami di Badan Litbang Pertanian sehingga kapasitas sumber daya manusia kami meningkat," kata Kepala Badan Litbang Pertanian K
Keuntungan royalti ini tidak lepas dari upaya Kementan melakukan penandatanganan Nota Kesepahamanan Kerja sama dalam rangkaian pertemuan G20 Meeting of Agricultural Chief Scientist (MACS) bersama perusahaan Jepang Sakata Speed Corporation (SSC).
"Kami menyampaikan apresiasi kepada SSC yang memberikan royalti dan pelatihan pengembangan varietas baru kepada para breeder kami di Badan Litbang Pertanian sehingga kapasitas sumber daya manusia kami meningkat," kata Kepala Badan Litbang Pertanian Kementan Fadjry Djufry di Kantor Pusat Sakata Seed Corporation, Yokohama, Jepang, Selasa, seperti dikutip dalam siaran pers yang diterima di Jakarta.
Fadjry mengatakan bahwa benih ini merupakan varietas unggulan pacar air karena tahan tekanan panas dan kekeringan (heat and drought). Benih yang diekspor tersebut merupakan benih khusus karena memiliki kualitas di atas rata-rata dengan tujuan pasar utama Amerika Serikat.
Sebelum dilakukan riset, masyarakat hanya mengenal sunpatient sebagai tanaman liar dan tidak mempunyai nilai ekonomi. Namun, sejak sunpatient memasuki pasar global, permintaan pasar terus msningkat.
Akan tetapi, Fadjry mengungkapkan bahwa pengembangan stek sunpatient sedikit terkendala karena minimnya teknologi. Dengan teknologi breeding atau pembibitan dari perusahaan Sakata, kebutuhan riset untuk benih hibrida bawang merah ini dapat terpenuhi.
Sementara itu, President Sakata Seed Corporation, Hiroshi Sakata menilai bahwa Indonesia memiliki berbagai produk pertanian yang melimpah, namun ada dua komoditas hortikultura yang utama yakni cabai dan bawang.
"Kalau saya perhatikan ada dua komoditas sayuran penting di Indonesia yaitu cabai dan bawang merah. Namun bawang merah lah yang sulit untuk diperbanyak secara massal," kata Hiroshi.
Hiroshi menawarkan teknologi gen editing yang dikuasai Sakata. Teknologi ini mampu menghasilkan benih hibrida dalam kuantitas yang besar.
Sakata dikenal sebagai perusahaan benih hibrida yang sudah merambah pasar dunia. Teknologi benih Sakata telah menghasilkan benih varietas hortikultura yang tersebar di seluruh benua.
Sementara itu, benih bawang merah Indonesia saat ini telah dikembangkan sebagai True Shallot Seed (TSS). Namun, produksi TSS memerlukan lokasi dengan ketinggian tertentu untuk menarik kedatangan pollinator yang membantu penyerbukan bawang merah.
Karena itu, produktivitas benih jenis TSS masih rendah. Tapi di sisi lain, konsumsi bawang merah Indonesia relatif tinggi, sehingga memerlukan pasokan yang berkelanjutan untuk konsumsi pangan dan pemenuhan bahan baku industri pangan domestik.
Melalui kerja sama ini diharapkan bibit Indonesia semakin dikenal luas di pasar dunia. Untuk itu, Kepala Badan Litbang Pertanian akan menunjuk Kepala balai Penelitian Tanaman Sayuran sebagai mitra wicara rencana kerja sama pengembangan benih bawang merah hibrida dengan SSC. Kerja sama ini juga diharapkan mampu menghasilkan paten, lisensi dan invensi teknologi terapan yang lain.
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019