• Beranda
  • Berita
  • Menteri PUPR: Industri konstruksi mesti kuasai teknologi 4.0

Menteri PUPR: Industri konstruksi mesti kuasai teknologi 4.0

30 April 2019 13:52 WIB
Menteri PUPR: Industri konstruksi mesti kuasai teknologi 4.0
Suasana kegiatan Indonesia Construction Conference 2019 di Jakarta, Selasa (30/4/2019). (ANTARA/M Razi Rahman)

Untuk memenangkan kompetisi global, kebijakan di sektor konstruksi nasional harus diarahkan untuk menjadi lebih cepat, lebih murah, dan lebih baik

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan para pelaku industri konstruksi nasional harus  menguasai teknologi 4.0 untuk meningkatkan daya saing di tingkat global.

"Inovasi teknologi pembangunan infrastruktur perlu terus dikembangkan sejalan dengan keinginan pemerintah dalam merealisasikan kebijakan industri 4.0 yang telah dicanangkan," katanya saat membuka acara Indonesia Construction Conference 2019 di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, penerapan industri 4.0 ditandai dengan perkembangan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi guna mencapai efisiensi yang tinggi dan kualitas produk yang lebih baik.

Menteri PUPR mengingatkan pemanfaatan teknologi tersebut harus memberikan nilai tambah bagi pelaksanaan pembangunan infrastruktur dan bukan sekedar ikut-ikutan atau mengikuti tren sesaat.

Ia juga mengingatkan bahwa industri 4.0 hanya instrumen, justru di belakangnya harus ada SDM yang handal.

"Untuk memenangkan kompetisi global, kebijakan di sektor konstruksi nasional harus diarahkan untuk menjadi lebih cepat, lebih murah, dan lebih baik," katanya.

Basuki mengungkapkan salah satu prinsip dasar yang harus dilakukan adalah dengan menerapkan building information modeling (BIM) atau teknologi konstruksi yang berbasis industri 4.0.

Dalam industri 4.0 melalui penerapan BIM, lanjutnya, database informasi dibuat dalam 3D model, yang digunakan untuk visualisasi setiap tahapan proyek.

Menteri PUPR juga memaparkan sejumlah aplikasi industri 4.0 yang sudah digunakan pihaknya antara lain Aplikasi Jalan Kita, yaitu aplikasi berbasis ponsel untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat pengguna jalan dalam memberikan informasi terkait kondisi jalan dan jembatan di Indonesia.

Kemudian, ada pula aplikasi Drought and Flood Early Warning System, untuk mengukur seperti potensi banjir rob dan kondisi tinggi muka air laut, serta SIBAS RIPI, yaitu sistem informasi dan database online sebagai media koordinasi antarpelaku dalam perencanaan dan pelaksanaan infrastruktur PUPR yang mendukung pengembangan wilayah.

Sementara itu, Ketua Circle Construction Community, selaku penyelenggara Indonesia Construction Conference 2019, Hendrik Gosal menyatakan, pelaku konstruksi nasional sebenarnya telah menyadari akan ketertinggalan dalam mengadopsi teknologi 4.0 dibandingkan sektor lainnya.

Untuk itu, ujar dia, konferensi tersebut juga diharapkan menjadi semacam wake up call atau seruan pembangkit yang dapat menyadarkan kalangan industri konstruksi di Tanah Air.

"Konferensi ini sebagai langkah awal untuk pelaku konstruksi berbenah dalam rangka menyongsong transformasi digital yang telah berlangsung di seluruh dunia," katanya.

Hendrik juga menyatakan rasa apresiasinya terhadap pemerintah yang telah menyiapkan perangkat regulasi yang dibutuhkan terkait dengan transformasi teknologi tersebut.

Baca juga: KEIN: tidak semua sektor butuh teknologi 4.0
Baca juga: Implementasi industri 4.0 pacu investasi teknologi dan produksi

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019