"Facial recognition di luar juga populer," kata CTO dan pendiri Nodeflux, Faris Rahman, saat acara diskusi di Jakarta, Selasa.
Menurut Faris, kecenderungan teknologi AI di Indonesia adalah mengadopsi apa yang sudah dipergunakan negara lain. Demikian pula dengan Nodeflux, teknologi pengenal wajah alias facial recognition yang juga menjadi produk paling sering digunakan klien.
Faris mencotohkan facial recognition dapat digunakan dalam berbagai kebutuhan, Nodeflux bekerja sama dengan perusahaan yang menggunakan teknologi AI mereka untuk absensi.
"Untuk verifikasi, apakah orang tersebut benar masuk kantor," kata dia.
Selain itu, teknologi mereka juga digunakan oleh kepolisian, misalnya untuk membantu penyelidikan.
Faris berpendapat penggunaan AI facial recognition masih cukup luas, dia mencontohkan AI yang dapat mendeteksi usia dan gender wajah orang yang berada di kamera dapat diolah lagi untuk.
Misalnya, data-data yang didapat dari facial recognition dapat dibedah untuk keperluan periklanan dengan menganalisis kapan orang-orang tersebut berada di lokasi dan gender apa saja yang.
"Nanti, iklan apa yang cocok di situ," kata dia.
Saat ini teknologi Nodeflux sudah digunakan berbagai lembaga negara maupun perusahaan swasta. Selain facial recognition, Nodeflux juga memiliki pengenal spasial atau spatial recognition serta teknologi untuk menghitung berapa kendaraan yang lewat di suatu lokasi.
Baca juga: Brazil gunakan teknologi pengenal wajah untuk amankan Copa America
Baca juga: Ada apa di balik "10 years challenge"?
Baca juga: Subway Beijing ujicoba teknologi pengenal wajah pengganti tiket
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019