"Karena itu, generasi milenial harus terus diberikan pendidikan karakter untuk membentengi diri dari serangan hal-hal negatif," kata Syaiful dikutip dari siaran pers di Jakarta, Selasa.
Syaiful mengingatkan bahwa virus intoleran dan radikalisme bisa menyusup ke generasi milenial melalui situs web, media sosial, dan aplikasi berbasis teknologi informasi lainnya.
Dengan penguatan karakter, kata Syaiful, pengaruh negatif tersebut bisa dikurangi, generasi milenial bisa menilai mana yang harus diikuti dan mana yang harus dihindari.
Ia sepakat Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei 2019 dijadikan momentum untuk menggelorakan penguatan karakter bangsa melalui pendidikan formal maupun nonformal.
Apalagi, kata Syaiful, saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi ancaman intoleransi, radikalisme, dan terorisme.
Syaiful mengatakan dalam membangun generasi muda harus terus dilakukan inovasi seiring dengan perkembangan zaman.
Ia menyebut program duta damai dunia maya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai sebuah inovasi dengan melibatkan generasi muda melawan propaganda radikalisme dan terorisme di dunia maya.
Dengan inovasi dan kreativitasnya, kata Syaiful, generasi milenial bisa diandalkan untuk menghasilkan konten dan narasi damai.
"Duta damai dunia maya menjawab sebuah tantangan terkait radikalisasi di dunia maya. Utamanya inovasi dan kreativitas melalui media siber sekaligus tonggak dalam perubahan menuju peradaban industri maupun pendidikan," ujarnya.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019