Komunitas pemerhati sungai di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, yang tergabung dalam Gerakan Memungut Sehelai Sampah di Sungai Karang Mumus (GMSS-SKM), menargetkan menanam 10.000 pohon hingga akhir April ini.
"Pada Maret 2019 sudah tertanam 8.349 pohon. Jumlah ini tidak termasuk pohon yang tertanam sebelum kami melakukan kerja sama dengan Planet Urgence," ujar Koordinator Umum GMSS-SKM, Yustinus Sapto Hardjanto di Samarinda, Kamis.
Jumlah warga yang terlibat menanam pohon dalam kurun Oktober 2018 hingga Maret 2019 mencapai 1.601 orang. Mereka berasal dari berbagai kelompok dan perorangan, baik pelajar, mahasiswa, komunitas pecinta lingkungan, komunitas budaya, maupun kelompok tertentu.
Sementara GMSS-SKM beserta sejumlah masyarakat yang peduli terhadap kebersihan sungai telah menanam pohon di pinggir sungai sejak tahun 2016, sehingga sudah ada ribuan pohon yang tertanam di luar kerja sama tersebut.
Ribuan pohon yang telah tertanam kini ketinggiannya bervariasi antara 1 meter hingga 2,5 meter dan semuanya tumbuh baik karena hampir setiap hari dirawat, sedangkan pohon yang mati juga disulam.
Pohon yang ditanam di sisi kanan dan kiri (riparian) SKM mayoritas pohon lokal dan merupakan pohon yang tahan terhadap air seperti rengas, ipil, kratom, ara, dan lainnya.
Menurutnya, banyak hal yang ingin dicapai GMSS-SKM Samarinda dalam upaya menjadikan hutan kota dari bantaran SKM, diantaranya adalah ingin menghasilkan air bersih yang dialirkan ke sungai setelah melalui filtrasi dari akar pohon yang ditanam.
"Tanpa hutan, kita tidak akan punya air bersih, sehat dan produktif. Tanpa hutan, maka kuantitas dan kualitas air tidak akan terjaga," ucap Yus, panggilan akrabnya.
Karena itu, GMSS-SKM selain aktif membersihkan sampah di sungai juga aktif menanam pohon di riparian. Bahkan pihaknya juga tidak bosan mengajarkan kepada pelajar, mahasiswa, dan siapa saja yang ingin mengetahui tentang restorasi sungai dan manfaat sungai bagi kelangsungan hidup semua mahkluk.
Ia menuturkan, berbagai pengetahuan yang diajarkan ke banyak orang dalam rangka eksistensi sungai berikut ruang sungainya, antara lain tentang manfaat tumbuhan yang ada di kanan dan kiri sungai.
"Sebagai manusia yang tidak bisa hidup tanpa air, kita harus berbudaya air. Sungai yang merupakan salah satu bagian alam penampung air, harus dijaga. Cara menjaganya antara lain jangan buang sampah ke sungai, syukur bisa bantu menanam pohon. Kita jangan hanya pandai memanfaatkan sungai, tapi tidak pandai merawatnya," tutur Yus.*
Baca juga: Lubang raksasa di Sukabumi akibat aktivitas sungai bawah tanah
Baca juga: Petugas angkut sampah sungai pascabanjir di Tangerang
Pewarta: M.Ghofar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019