Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore menguat pasca-rilis data inflasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Kamis sianginflasi tidak sesuai dengan ekspektasi pasar yang seharusnya 0,3 persen (mom) dan 2,5 persen (yoy). Walaupun secara keseluruhan inflasi masih terkendali
Rupiah menguat 5 poin atau 0,04 persen menjadi Rp14.252 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.257 per dolar AS.
"Inflasi tidak sesuai dengan ekspektasi pasar yang seharusnya 0,3 persen (mom) dan 2,5 persen (yoy). Walaupun secara keseluruhan inflasi masih terkendali," kata Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta.
Dari eksternal, perkembangan pembicaraan kesepakatan perdagangan antara AS dan China memberi harapan bagi pasar. Para pejabat dari kedua belah pihak mengakhiri putaran negosiasi terbaru di Beijing pada Rabu (1/5) lalu.
Wakil Perdana Menteri China Liu He juga akan melakukan perjalanan ke Washington untuk pembicaraan lebih lanjut minggu depan.
Sementara itu, penguatan rupiah tertahan sentimen The Fed yang mengeluarkan pernyataan yang jauh dari kata kalem alias 'dovish' atau kebijakan moneter yang longgar.
"Padahal, di tengah risiko perang dagang AS-China dan AS-Uni Eropa yang masih menyelimuti, nada-nada "dovish" dari The Fed menjadi sesuatu yang sangat dinantikan pelaku pasar," ujar Ibrahim.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat Rp14.206 dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.205 per dolar AS hingga Rp14.265 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis menunjukkan, Rupiah melemah menjadi Rp14.245 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.215 per dolar AS.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019