"Selama ini, perguruan tinggi banyak fokus pada input dan proses, seperti pembelajaran, maupun kurikulum. Tetapi sedikit yang memikirkan lulusan, setelah lulus ke mana ini lulusan," ujar Ghufron saat berkunjung ke kantor LKBN Antara di Jakarta, Kamis.
Justru banyak sumber daya manusia yang benar-benar diperlukan, namun tidak diproduksi oleh perguruan tinggi. Ia memberi contoh dengan adanya Revolusi Industri 4.0 banyak perusahaan yang menjadi unicorn (perusahaan rintisan yang memiliki kapitalisasi di atas satu miliar dolar AS), akan tetapi sumber daya manusia (SDM) yang menguasai "big data analytic"ataupun komputasi awal sangat sedikit.
"Program-program studi itu malah baru ada di sejumlah kampus seperti Institut Pertanian Bogor (IPB)." kata dia.
Kondisi itu berbanding terbalik dengan lulusan di bidang pendidikan, yang dalam setahun perguruan tinggi bisa memproduksi hingga 250.000 lulusan. Sementara yang terserap hanya 20 persen.
Oleh karena itu, dia meminta agar perguruan tinggi memikirkan daya serap lulusan. Tidak hanya sekedar membuka program studi yang sedang ramai, tetapi yang dibutuhkan pada masa yang akan datang.Sehingga lulusan perguruan tinggi itu bisa terserap baik di dunia industri dan relevan dengan ilmu yang diperolehnya di perkuliahan.
Kemenristekdikti sudah merancang rencana induk pengembangan SDM, sehingga membantu perguruan tinggi dalam membuka program studi serta memberikan kompetensi yang memadai.
"Kami sudah susun rencana induknya hingga 2024. Dengan rencana induk ini juga membantu orang tua dalam memilih jurusan yang memang lulusannya dibutuhkan dalam beberapa tahun ke depan," terang Ghufron.
Ghufron menambahkan jangan sampai anak memilih jurusan hanya karena ikut-ikutan dengan temannya. Melainkan mengacu pada rencana induk yang sudah disusun Kemenristekdikti.***3***
Pewarta: Indriani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019