"Jika potensi mereka dapat dikelola dengan baik maka bisa meningkatkan kemandirian secara ekonomi," kata Pelaksana Tugas Deputi Bidang Koordinasi Perlindungan Perempuan dan Anak Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Ghafur Dharmaputra di sela acara Gerakan Nasional Revolusi Mental Untuk Kemandirian Anak Penyandang Disabilitas di Balai Kota Surakarta, Kamis.
Ia mengatakan sebelumnya pernah melakukan kunjungan di Yogyakarta dan di daerah tersebut ada salah satu penyandang disabilitas yang berhasil memproduksi kursi.
"Sampai saat ini ternyata dia mampu menerima pesanan dalam jumlah lumayan besar dari para pelanggan," katanya.
Terkait hal itu, pihaknya ingin menjadikan Yogyakarta dan Jawa Tengah sebagai proyek percontohan dalam melakukan pembinaan kepada penyandang disabilitas.
"Selanjutnya, strategi pembinaan serupa akan diduplikasi untuk kemudian diterapkan di daerah lain," katanya.
Terkait dengan hal itu, pihaknya juga berharap adanya dukungan dari pemerintah daerah agar lebih peduli pada pengembangan potensi para penyandang disabilitas.
"Untuk di Kota Solo kami melihat selama ini sudah cukup fokus dalam memberikan dukungan, salah satunya melalui pendidikan inklusi. Harapan kami program pendampingan ini bisa terus ditingkatkan," katanya.
Sementara itu, untuk mengoptimalkan pendampingan tersebut pihaknya mengatakan perlu adanya sinergi dari berbagai pihak, di antaranya Pemda, perguruan tinggi, dan masyarakat secara umum.
"Pada prinsipnya para penyandang disabilitas tidak untuk dikasihani, melainkan perlu diperlakukan secara baik dan diakui keberadaannya," katanya.
Ia mengatakan upaya tersebut menjadi salah satu program Revolusi Mental, tujuannya adalah agar para orang tua bisa menerima keistimewaan anaknya.
"Termasuk masyarakat, jangan sampai melakukan diskriminasi terhadap penyandang disabilitas," katanya.***3***
Pewarta: Aris Wasita
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019