Ia mengatakan, proses penerjemahan sudah menyelesaikan 30 juz sejak dimulai pada Januari 2018 dan saat ini tengah divalidasi.
"Rencananya dari Kementerian Agama akan mencetak 500 eksemplar, namun kami berharap dukungan Pemkot Palembang agar bisa dicetak lebih banyak," ujar Dr. Ali Julizun Azwar yang juga Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Raden Fatah Palembang.
Alquran yang sudah dicetak akan disebarkan ke berbagai daerah, terutama sekolah-sekolah dan kesultanan-kesultanan se-Indonesia sebagai pengenalan bahasa Palembang.
Menurut dia, Alquran diterjemahkan ke bahasa Palembang Kromo (lamo) atau Palembang halus yang dikerjakan oleh tim penerjemah, terdiri dari 10 orang dengan latar belakang ahli bahasa Palembang, ahli tafsir, budayawan dan ulama.
Sedangkan tim Validator terdiri dari empat orang dengan kriteria mengerti bahasa Palembang kromo, paham bahasa Alquran dan mahir dalam teknologi informasi (TI).
"Selain validasi isi, tim juga tengah meneliti sekaligus menyiapkan ornamen dan bingkai mushaf Alquran dengan mengangkat tema budaya lokal," jelas Ali Julizun.
Penerjemahan Alquran bahasa Palembang merupakan kerja sama UIN Raden Fatah Palembang dengan Puslitbang Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi Badan Litbang Diklat Kementerian Agama RI.
Palembang menempati urutan ke 16 dari 20 bahasa daerah untuk proyek penerjemahan Alquran yang sudah berlangsung sejak tahun 2011 oleh Kemenag RI.
Alasan bahasa Palembang dipilih karena memiliki penutur di atas satu juta jiwa, selain itu Palembang mempunyai sejarah panjang, seperti pertemuan peradaban berbagai agama Hindu - Budha, sehingga bahasa Palembang termasuk berusia tua dan harus dijaga eksistensinya.
Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019