• Beranda
  • Berita
  • BI sebut bauran kebijakan resep jaga stabilitas keuangan

BI sebut bauran kebijakan resep jaga stabilitas keuangan

3 Mei 2019 12:49 WIB
BI sebut bauran kebijakan resep jaga stabilitas keuangan
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat meluncurkan buku Kajian Stabilitas Keuangan Semester II 2018 No.32 Edisi Maret 2019 yang mengusung tema “Penguatan Intermediasi di tengah Ketidakpastian Ekonomi Global” di Jakarta, Jumat.

...karena Bank Indonesia memberikan 'jamu manis' di sisi kebijakan makroprudensial

Bank Indonesia (BI) mengklaim koordinasi dan bauran kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral, merupakan resep terjaganya stabilitas sistem keuangan domestik.

Gubenur BI Perry Warjiyo mengatakan di tengah ketidakpastian global, stabilitas sistem keuangan sepanjang 2018 hingga saat ini dapat terjaga berkat formulasi kebijakan moneter yang diarahkan guna menjaga stabilitas. Sementara itu, kebijakan lainnya diarahkan lebih akomodatif dalam mendorong permintaan domestik, termasuk kebijakan makroprudensial.

"Bagaimana 'jamu pahit' berupa kebijakan kenaikan suku bunga di sisi moneter tidak berdampak pada kenaikan suku bunga kredit perbankan karena Bank Indonesia memberikan 'jamu manis' di sisi kebijakan makroprudensial,” ujar Perry saat meluncurkan buku Kajian Stabilitas Keuangan (KS) Semester II 2018 Nomor 32 Edisi Maret 2019 yang mengusung tema “Penguatan Intermediasi di tengah Ketidakpastian Ekonomi Global” di Jakarta, Jumat.

Dalam edisi kali ini terdapat tiga aspek penyempurnaan dibandingkan dengan buku KSK edisi sebelumnya yaitu berupa penguatan analisis makro financial linkage berupa hubungan sektor keuangan domestik dengan kondisi makro global dan domestik, pengayaan dimensi analisis melalui penggabungan analisis time series (prosiklikalitas) dengan cross section (keterkaitan antar elemen dalam sektor keuangan), dan penekanan pada penyajian analitikal dibandingkan dengan pemaparan perkembangan sistem keuangan.

Lebih lanjut, Perry menyampaikan bahwa konsistensi implementasi kebijakan makroprudensial akomodatif yang didukung oleh koordinasi dan kerja sama yang erat dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dan otoritas terkait lainnya menunjukkan hasil positif, di mana intermediasi terus tumbuh membaik, permodalan bank tinggi dan risiko likuiditas terjaga dengan baik, serta indeks SSK tetap terjaga dalam zona aman.

Sepanjang semester II 2018, Bank Indonesia memperkuat kebijakan makroprudensial akomodatif dengan melakukan pelonggaran kembali Rasio Loan to Value/Financiang to Value (LTV/FTV) untuk Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) berupa pelonggaran besaran rasio LTV/FTV untuk fasilitas kredit pertama, pelonggaran fasilitas inden, dan pelonggaran termin pembayaran, penyempurnaan ketentuan GWM LFR menjadi Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) untuk mendorong intermediasi perbankan, implementasi instrumen Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) untuk meningkatkan fleksibilitas pengelolaan likuiditas oleh perbankan, mempertahankan besaran CCB pada level 0 persen, dan secara konsisten senantiasa berupaya mengembangkan UMKM.

Ke depan Bank Indonesia memperkirakan stabilitas sistem keuangan Indonesia akan tetap terjaga. Pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga perbankan diperkirakan dalam kisaran 10-12 persen (yoy) dan 8-10 persen (yoy).

Siklus keuangan yang telah menunjukkan arah ekspansi, diperkirakan akan terus menguat. Kinerja korporasi non-keuangan juga terjaga dan terus melanjutkan ekspansi.

"Optimisme tersebut didukung oleh kebijakan Bank Indonesia untuk melanjutkan kebijakan makroprudensial akomodatif," kata Perry.

Bank Indonesia akan tetap berkomitmen untuk melakukan penguatan intermediasi yang didukung dengan permodalan dan likuiditas yang memadai. Selain evaluasi kebijakan rasio LTV/FTV secara berkala akan dievaluasi, kebijakan RIM juga akan terus ditinjau ulang untuk mendorong intermediasi yang bersifat wholesale.

Ketentuan PLM akan terus dipantau, dan CCB juga akan terus dioptimalkan. Penguatan surveilans terhadap bank-bank besar dan korporasi akan terus dilakukan, termasuk penguatan pemantauan risiko di luar perbankan. Pemanfaatan data National and Regional Balance Sheet (NBS/RBS) akan terus dioptimalkan.

Baca juga: OJK: 240 BPR "angkat tangan" penuhi syarat minimum modal

Baca juga: OJK arahkan "fintech lending" tingkat akses permodalan UMKM

Baca juga: Bank sentral Inggris pertahankan suku bunga 0,75 persen


 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019