"Kedepannya bisa kembali seperti dahulu saja dimana pemilihan legislatif terlebih dahulu, kemudian ditentukan presidensial thresholdnya baru pelaksanaan pilpresnya dilakukan pemilu sendiri secara terpisah," kata Siswono di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan tanggungjawab sebuah generasi adalah menyerahkan negara ini pada generasi muda berikutnya dalam kondisi yang lebih baik maupun sistemnya yang lebih baik.
Menurut dia pemilu serentak ini merupakan ada uji coba ternyata ketika dilakukan serentak banyak ketegangan sosialnya, belum lagi kerumitannya, kelelahan para petugasnya hingga menimbulkan korban jiwa yang begitu tinggi, komplikasi lain didaerah juga banyak terjadi.
Sistem pemilu serentak juga menyebabkan belum tentu caleg dari partai pendukung presiden A berkampanye untuk calon presiden A bisa juga kampanye untuk calon presiden B.
Namun begitu katanya bangsa Indonesia juga seharusnya menghargai upaya KPU ini dan saya tidak melihat indikasi suatu kecurangan yang terstruktur sistematis dan masif dan hasilnya kita tunggu 22 Mei 2019.
Siswono juga menyatakan bahwa quick qount itu bukan hasil akhir yang sah tapi hanya sebagai indikasi saja. Hasil yang pasti adalah hasil yang dihitung KPU pada 22 Mei.
"Jadi kita tunggu saja tapi apakah angka itu sebagai indikasi dulu saja. Rileks sajalah tidak usah pakai demo-demoan," katanya.
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019