• Beranda
  • Berita
  • Pekanbaru kemas "Potang Belimau" jadi wisata religi

Pekanbaru kemas "Potang Belimau" jadi wisata religi

3 Mei 2019 17:10 WIB
Pekanbaru kemas "Potang Belimau" jadi wisata religi
Arsip - Ribuan masyarakat Pekanbaru menikmati siraman air Balimau dalam rangkaian acara 'Petang Megang' di Sungai Siak di Pekanbaru, Riau, Minggu (5/6/2016). Petang Megang merupakan tradisi masyarakat Melayu Riau dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan yang diyakini sebagai upaya membersihkan diri dari kotoran-kotoran, baik yang terlihat (debu yang melekat tubuh) atau pun kotoran yang tidak terlihat (dosa). (ANTARA FOTO/Rony Muharrman/foc/16.)

Pemerintah Kota Pekanbaru pada tahun ini menggelar “Potang Belimau” yakni tradisi membersihkan diri sehari sebelum bulan suci Ramadhan, yang dikemas sebagai wisata religi di Provinsi Riau.

“Tahun ini Potang Belimau digelar pada hari Minggu (5/5), sehari sebelum bulan puasa Ramadhan,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pekanbaru, Nurfaisal kepada ANTARA di Pekanbaru, Kamis.

Ia menjelaskan penyelenggaraan Potang Belimau merupakan bagian dari pelestarian tradisi Melayu Riau khususnya umat muslim untuk membersihkan diri menyambut bulan suci Ramadhan. Menurut dia, tradisi mandi belimau selama ini lebih dikenal di daerah Kabupaten Kampar berupa warga turun bersama-sama mandi di sungai menggunakan air bercampur jeruk limau.

“Di Kampar, warga menggunakan bekasai, yaitu semacam pasir kuning yang terbuat dari campuran beras dan kunyit untuk membersihkan kulit. Warga saling bergantian menggosok bagian punggung supaya bersih,” katanya.

Di Kota Pekanbaru, tradisi ini dikemas dalam acara Potang Belimau yang dipusatkan di tepi Sungai Siak tepat di sebelah peninggalan bersejarah rumah singgah Sultan Siak. Rumah panggung ini kerap disebut juga rumah Tuan Kadi/Qadhi, di Kampung Bandar Kecamatan Senapelan yang merupakan daerah cikal bakal Kota Pekanbaru sekarang.

Karena dikemas dalam balutan pariwisata, Potang Belimau tidak hanya berupa proses mandi-mandi saja. Nurfaisal menjelaskan, rangkaian acara dimulai sejak siang pukul 13.30 WIB dari Masjid Raya Pekanbaru. Di pelataran masjid tersebut terdapat makam Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah dan beberapa keturunan dan pengikutnya. Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah merupakan Sultan ke-4 Kerajaan Siak Sri Indrapura, yang bergelar Marhum Bukit.

Acara dimulai dengan ziarah makam Marhum Bukit, berzikir dan berdoa. Pada penyelenggaraan tahun ini juga akan ada pembacaan sejarah Marhum Bukit dan Kota Pekanbaru oleh perwakilan Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau. Hal ini merupakan pengembangan dari acara Potang Belimau tahun sebelumnya.

“Sekarang ini kita buat pembacaan sejarah, sehingga masyarakat Pekanbaru tahu riwayat tentang kota ini,” katanya.

Setelah shalat Ashar, tamu-tamu undangan seperti Gubernur Riau, Wali Kota Pekanbaru dan lainnya turun ke tepian sungai. Proses mandi balimau oleh tokoh-tokoh tersebut berupa menyiramkan air balimau ke 20 anak yatim.

Dalam proses ini juga terdapat pembaruan karena apabila sebelumnya, anak-anak yatim setelah dimandikan hanya mendapat hadiah telur ayam, namun kali ini juga mendapat santunan dan seperangkat pakaian dan alat shalat.

Ia menambahkan, pihaknya terus menggali masukan-masukan dari berbagai pihak untuk mengembangkan acara Potang Belimau sebagai agenda rutin wisata religi. Sebab, ada potensi kalau acara ini digelar dalam durasi lebih lama dalam sebuah rangkaian, akan bisa menarik banyak wisatawan nusantara dan mancanegara untuk datang.

Nurfaisal mencontohkan, keturunan Marhum Bukit sangat banyak tersebar tidak hanya di Sumatera dan Kalimantan, bahkan sampai ke Malaysia dan Brunei Darusalam. Apabila Potang Belaimau bisa dikemas lebih menarik, maka ia yakin keturunan-keturunan Marhum Bukit akan datang melancong ke Pekanbaru.

"Februari lalu ada keturunan Marhum Bukit di Dumai yang mempertemukan keturunan-keturunan lainnya dari Kalimantan, Brunei, Malaka dan Kuala Lumpur, ternyata mereka sangat banyak dan tidak mengenal satu sama lain. Saya yakin mereka mau datang ke Potang Belimau,” katanya.*


 

Pewarta: FB Anggoro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019