Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Paletina (PLO) Saeb Erekat pada Jumat (3/5) mengatakan "kesepakatan abad ini", yang diusulkan AS, lebih cenderung menjadi pendikte dan bukan kesepakatan perdamaian --yang mungkin dicapai melalui perundingan."Sebaliknya," ia menambahkan, "kesepakatan perdamaian berarti kesepakatan antara dua pihak atau lebih, yang menghasilkan kesetaraan semua pihak menjadi pemenang."
"Satu kesepakatan mungkin berarti bahwa satu pihak setuju untuk menjual hartanya sebagai akibat dari kebangkrutan, ... itu terdiri atas satu partai yang menang dan satu lagi kalah, istilah yang digunakan di industri resl estate dan permainan hiburan televisi," kata Erekat kepada delegasi pejabat senior 50 utusan dari berbagai negara bagian AS, sebagaimana dikutip Kantor Berita Palestina, WAFA --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu siang. Mereka berasal dari sivitas akademika, politikus, kebudayaan dan ekonomi serta masyarakat sipil.
"Sebaliknya," ia menambahkan, "kesepakatan perdamaian berarti kesepakatan antara dua pihak atau lebih, yang menghasilkan kesetaraan semua pihak menjadi pemenang."
Sekretaris Jenderal PLO tersebut kembali menyampaikan penentangan tetap pemimpin Palestina bahwa setiap penyelesaian yang mengesampingkan resolusi internasional dan berdirinya Negara Palestina Merdeka dengan Al-Quds (Jerusalem) Timur sebagai ibu kota akan ditolak.
Ia menyatakan semua keputusan pemerintah AS mengenai Al-Quds, pengungsi, permukiman Yahudi, perbatasan dan pencaplokan wilayah Palestina yang diduduki serta Dataran Tinggi Golan, yang juga diduduki Israel, tidak sah dan batal, dan merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional.
Sumber: WAFA
Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Eliswan Azly
Copyright © ANTARA 2019