Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan I Ketut Diarminta menjelaskan meningkatnya jumlah tenaga kerja ini karena sektor peternakan semakin diminati oleh pelaku usaha yang terlihat dari nilai investasi.
"Nilai investasi peternakan dari tahun 2015 sebesar Rp325,43 miliar meningkat menjadi Rp866,4 miliar pada tahun 2018," kata Ketut Diarmita dalam rapat konsolidasi di Belitung melalui keterangan resmi di Jakarta, Sabtu.
Ketut mengatakan Program yang dijalankan Kementan yakni Upaya Khusus Sapi dan Kerbau Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab) sejak 2016 telah memberikan dampak ke berbagai pihak, termasuk jumlah tenaga kerja dan investasi.
Sesuai hasil Survei Antar Sensus (SUTAS) BPS 2018, pertumbuhan populasi sapi dan kerbau sampai akhir 2018 menunjukkan peningkatan yang signifikan, yaitu mencapai 17,91 juta ekor. Jika dibandingkan dengan tahun 2013-2014, populasinya hanya mencapai 14,21 juta ekor.
Dampak dari program Upsus Siwab yaitu mampu menumbuhkan kesadaran petani peternak untuk melakukan kawin suntik atau Inseminasi Buatan (IB).
Manfaat ekonomi yang diperoleh peternak melalui Upsus Siwab berupa kelahiran pedet (anak sapi) sebanyak 3.331.304 ekor (akumulasi kelahiran dari Januari 2017-24 April 2019).
Dengan alokasi APBN 2017-2019 sebesar Rp.1,7 triliun, program ini telah mempunyai manfaat ekonomi yang besar, jika diasumsikan harga pedet lepas sapih per ekor Rp8 juta, nilai manfaatnya setara dengan Rp26,65 triliun.
Untuk mempercepat peningkatan populasi juga dilakukan penambahan sapi indukan impor. Pada 2016, Kementan telah melakukan penambahan sapi indukan impor sebanyak 4.397 ekor yang disebarkan ke 182 kelompok dan saat ini telah meningkat populasinya menjadi sebanyak 5.591 ekor (pertumbuhan 27,15 persen).
Selanjutnya untuk tahun 2018 Kementan melakukan penambahan sapi indukan impor sebanyak 2.652 ekor yang disebarkan ke 130 kelompok peternak dan di 12 UPTD seluruh Indonesia.
Dalam upaya mempertahankan populasi sapi dan kerbau, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan bekerja sama dengan Polri untuk melakukan pengendalian atau pelarangan pemotongan sapi betina produktif mulai tahun 2017-2018 di 41 lokasi kabupaten/kota pada 17 provinsi.
"Kegiatan ini juga menunjukkan hasil yang nyata, yaitu tahun 2018 terjadi penurunan pemotongan sapi betina produktif sebesar 47,10 persen dibandingkan pada tahun 2017," kata Ketut.
Selain itu, untuk meningkatkan mutu genetik, Kementan juga melakukan pengembangan sapi Belgian Blue melalui transfer embrio (TE) dan Inseminasi Buatan (IB). Saat ini sudah ada sebanyak 281 ekor kelahiran dan 444 ekor sapi bunting (data per 24 April 2019), dari target kelahiran sebesar 1.000 ekor pedet Belgian Blue pada tahun 2019.
Baca juga: Mentan tinjau realisasi upsus siwab di Pamekasan
Baca juga: Upsus Siwab targetkan kelahiran sapi 3,5 juta ekor
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019