"Justru saat puasa etos kerja para ASN harusnya bisa meningkat dan pekerjaan bisa selesai lebih awal," kata Sri Purnomo di Sleman,, Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin (6/5).
Menurut dia, pihaknya memiliki trik agar kinerja ASN bisa maksimal. Yaitu dengan mendahulukan pekerjaan yang berat di pagi hari. Karena ketika pagi, energi dari makanan yang disantap saat sahur masih penuh.
"Jadi ketika pagi hari semua pekerjaan yang berat diawalkan. Karena saat di awal energi saat sahur masih penuh. Sehingga pekerjaan jadi efektif," katanya.
Ia mengatakan, saat jeda istirahat shalat, para ASN juga bisa memanfaatkan untuk istirahat shalat untuk menghimpun tenaga agar saat bekerja bisa kembali bugar dan maksimal.
"Istirahat saat dhuhur itu nantinya bisa untuk menghimpun kembali energi. Saat fresh lagi itu bisa maksimal bekerjanya," katanya.
Sri Purnomo mengakui jika ada ASN yang tertidur saat bekerja di bulan puasa adalah hal yang manusiawi. Namun, hal itu juga tentu ada batas toleransi. Sehingga nanti pihaknya akan memberikan sanksi kepada ASN yang tidur saat bekerja.
"Nanti sanksi dari Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP),” katanya. Jadi tidak ada alasan untuk puasa malas kerja, kerjanya ditunda-tunda, dan target tidak tercapai. Justru target itu harus tercapai lebih awal," katanya.
Pada bulan puasa, jam kerja untuk para ASN juga dikurangi selama satu jam. Untuk jam kerja ASN dengan sistem lima hari kerja pada hari Senin-Kamis mulai pukul 07.30-14.30 WIB.
Sedangkan untuk hari Jumat mulai pukul 07.30-13.30 WIB dengan waktu istirahat dari pukul 11.30-12.30 WIB.
Selanjutnya, untuk ASN dengan sistem enam hari kerja untuk jam kerja hari Senin-Kamis dan Sabtu mulai 07.30-13.30 WIB dan hari Jumat 07.30-14.00 WIB.
"Artinya ketika mereka bisa mengatur waktu dengan baik mereka tidak akan terganggu irama kerjanya. Intinya mengefektifkan waktu. Jadi nggak ada alasan lagi puasa," katanya.
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019