• Beranda
  • Berita
  • Seniman Reog Malaysia Menolak Klaim Reog Milik Malaysia

Seniman Reog Malaysia Menolak Klaim Reog Milik Malaysia

5 Desember 2007 11:24 WIB
Johor Bahru (ANTARA News) - Para seniman Reog Ponorogo di Batu Pahat, Johor Bahru, juga tidak setuju jika keseniannya diakui sebagai milik Malaysia, karena memang kesenian asalnya dari Ponorogo, Jawa Timur, senimannya pun merupakan keturunan Ponorogo yang sudah jadi warga negara Malaysia. "Kesenian Reog ini memang berkembang di Malaysia. Kami pun sangat senang dapat mempertahankan dan mengembangkan kesenian Reog. Tapi kami tidak setuju jika diklaim sebagai kesenian Malaysia, karena asalnya memang dari Ponorogo," kata Ketua Sanggar Tari Sri Wahyuni, Mohd Marzi, kepada ANTARA di Batu Pahat, Rabu. "Saya generasi kedua keturunan warga asal Ponorogo, para seniman kami semua keturunan masyarakat Jawa Ponorogo, sebagian TKI asal Ponorogo. Sebagian besar alat-alat kesenian, kami beli langsung dari Jawa. Jadi memang ini kesenian Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia," katanya menegaskan. Ia pun menyesalkan sikap media massa Malaysia yang terlalu dikontrol kerajaan Malaysia menanamkan pengertian kepada rakyat Malaysia seolah-olah rakyat Indonesia, khususnya masyarakat dan seniman Ponorogo, melarang kesenian Reog Ponorogo dipentaskan di Malaysia atau ke pentas internasional. "Kami paham yang diinginkan masyarakat Indonesia. Mereka senang kesenian reog Ponorogo berkembang di Malaysia, tapi harus diakui dan dikatakan ini kesenian asal Ponorogo, Jawa Timur, Indonesia. Itu saja. Mereka sama sekali tidak membatasi atau melarang," katanya menambahkan. Persoalannya memang menjadi rumit jika sudah dicampuri oleh urusan politik, katanya. Mohd Marzi bersama dengan Sanggar Tari Sri Wahyuni akan terus mempertahankan kesenian reog Ponorogo di Malaysia, karena rakyat Indonesia-Malaysia memang satu rumpun dan tidak peduli dengan kontroversi yang muncul, karena masyarakat Ponorogo, Jawa Timur, dan rakyat Indonesia tidak pernah melarang keseniannya berkembang di mana pun di dunia ini. (*)


Copyright © ANTARA 2007