• Beranda
  • Berita
  • Industri pengolahan sumbang 20 persen terhadap pertumbuhan ekonomi

Industri pengolahan sumbang 20 persen terhadap pertumbuhan ekonomi

7 Mei 2019 15:21 WIB
Industri pengolahan sumbang 20 persen terhadap pertumbuhan ekonomi
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (ketiga kanan) bersama Menteri Pendidikan Tinggi dan Keterampilan Singapura, Ong Ye Kung (kanan) dan Bupati Kendal Mirna Annisa memperhatikan kegiatan workshop yang dilakukan oleh para mahasiswa Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kawasan Industri Kendal (KIK), Jawa Tengah. (ANTARA/ Biro Humas Kementerian Perindustrian)

Dari capaian 20 persen tersebut, laporan World Bank juga menunjukkan, Indonesia menempati peringkat kelima di antara negara G20

Industri pengolahan masih memberikan kontribusi terbesar dalam struktur produk domestik bruto (PDB) nasional hingga 20,07 persen pada triwulan I-2019.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah tersebut naik dibanding capaian sepanjang 2018 sebesar 19,86 persen.

"Dari capaian 20 persen tersebut, laporan World Bank juga menunjukkan, Indonesia menempati peringkat kelima di antara negara G20,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto lewat keterangannya di Jakarta, Selasa.

Menurut Menperin, Indonesia hampir sejajar dengan Jerman, yang kontribusi sektor manufakturnya berada di angka 20,6 persen. Sementara itu, posisi teratas ditempati China (28,8 persen), disusul Korea Selatan (27 persen) dan Jepang (21 persen).

Saat ini, negara-negara industri di dunia, kontribusi sektor manufakturnya terhadap perekonomian rata-rata sekitar 17 persen, di antaranya Meksiko, India, Italia, Spanyol, Amerika Serikat, Rusia, Brasil, Perancis, Kanada dan Inggris.

“Artinya, sekarang tidak ada negara di dunia yang bisa mencapai di atas 30 persen,” ujarnya.

Maka itu, lanjut Airlangga, melalui sumbangsih sektor manufaktur yang cukup besar, tidak tepat kalau Indonesia dikatakan sebagai negara yang mengalami deindustrialisasi.

“Apalagi, saat ini Indonesia masuk dalam 16 besar negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia,” katanya.

Bahkan, melalui Making Indonesia 4.0, aspirasi besarnya adalah mewujudkan Indonesia masuk jajaran 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada 2030.

“Kalau hasil studi PwC dan McKinsey, kita bisa masuk 7 besar ekonomi dunia di 2045, sementara pada 100 tahun Indonesia merdeka nanti, kita menjadi ekonomi ke-4 terbesar di dunia,” kata Airlangga.

Merujuk data BPS, pertumbuhan industri pengolahan nonmigas mencapai 4,80 persen pada triwulan I-2019.

Jumlah tersebut meningkat dibanding perolehan sepanjang 2018 yang berada di angka 4,77 persen.

Sektor manufaktur yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri tekstil dan pakaian jadi sebesar 18,98 persen.

Disusul industri pengolahan tembakau yang tumbuh hingga 16,10 persen, kemudian industri furnitur tumbuh 12,89 persen serta industri kimia, farmasi dan obat tradisional yang tumbuh 11,53 persen.

Kinerja positif juga diikuti oleh industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman yang mengalami pertumbuhan 9,22 persen, industri logam dasar tumbuh 8,59 persen, serta industri makanan dan minuman tumbuh 6,77 persen.

 

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019